a. PENETAPAN KAWASAN RAWAN BENCANA
Langkah Penetapan Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi
·
Gunakan Peta Kerawanan Bencana Gempa Bumi di
Indonesia.
·
Gunakan Peta Seismoteknik di Indonesia.
·
Tentukan lokasi anda, apakah lokasi anda
termasuk dalam wilayah rawan bencana?
·
Bila ya, maka tetapkan kawasan anda sebagai
kawasan rawan bencana gempa bumi.
·
Bila mencakup areal yang cukup luas sehingga
perlu dikoordinasikan dengan wilayah di atasnya (provinsi), maka kawasan
tersebut dapat ditetapkan sebagai kawasan strategis yang rawan bencana gempa
bumi.
·
Verifikasi kawasan rawan bencana yang telah
ditetapkan tersebut dengan data pendukung yang bersifat lokal.
·
Data pendukung tersebut berupa: peta
geologi/batuan, peta kelas kelerengan wilayah, kejadian gempa yang pernah
terjadi dan dampaknya
b.
DELINEASI KAWASAN RAWAN BENCANA
Langkah deliniasi kawasan didasarkan pada kriteria
tipologi masing-masing kerawanan bencana. Hasil dari langkah ini adalah
terdeliniasinya kawasan rawan bencana gempa bumi. Data yang dibutuhkan dalam
deliniasi kawasan berdasarkan kriteria tipologi rawan bencana gempa bumi
Jenis Data |
Sumber Data |
Peta Geologi/Batuan wilayah |
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi |
Peta Kelerengan Wilayah |
Hasil olahan dari data topografi (lihat buku Pedoman
Teknik Analisis Aspek Fisik dalam Penataan Ruang) |
Peta Seismoteknik Indonesia |
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi |
Peta Wilayah Rawan Gempa Bumi Indonesia |
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi |
Tabel Kegempaan |
Buku Pedoman Penataan Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi
& Kawasan Rawan Gempa Bumi |
Kriteria Tipologi Rawan Gempa Bumi |
Buku Pedoman Penataan Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi
& Kawasan Rawan Gempa Bumi |
c.
PENENTUAN TIPOLOGI KAWASAN RAWAN GEMPA BUMI
Langkah-langkah dalam menentukan tipologi dilakukan
dengan
menumpangtindihkan data-data:
• Sifat Fisik Batuan (Peta Geologi/batuan)
• Kemiringan Lereng (Peta Kelerengan)
• Kegempaan (Peta Wilayah Rawan Bencana Gempa Bumi,
dengan skala MMI)
• Struktur Geologi (Peta Seismoteknik)
Langkah Pengerjaan:
• Informasi dari keempat peta (Peta Geologi Regional
yang berisikan tentang jenis batuan, Peta
Wilayah Rawan Bencana Gempa bumi Indonesia, Peta
Struktur Geologi yang
menggambarkan adanya sesar/patahan, Peta Kemiringan
Lereng) dipindahkan/
digambarkan di Peta Dasar dengan membuat deliniasi
untuk masing-masing kelas dalam
satu variabel. Misalnya untuk variabel kemiringan
lahan, kawasan perencanaan dibagi dalam
klas kemiringan lahan 0-7%; 7-30%; 30-70%; dan >
70%. Dengan menggunakan matriks
dibawah selanjutnya masing-masing kelas diberi nilai
1, 2, 3, dan 4. Hal yang sama dilakukan
pembagian klas lahan untuk masing-masing varibel pada satu
peta (layer).
• Setelah keempat variabel tersebut digambarkan pada
setiap lembar peta dasar, selanjutnya
dilanjutkan dengan penampalan (superimpose) keempat
peta/layer secara berurutan yaitu
dari variabel 1 ditampalkan dengan varibel 2 kemudian
diikuti dengan variabel 3 dan variabel
4. Sebelum dilakukan penampalan setiap nilai dari
kelas lahan dari masing-masing variabel
dikalikan dengan bobot dari variabel tersebut. Contoh:
Untuk variabel struktur geologi, kelas
c (pada zona sesar) diberikan skor 4x4=16.
• Pada waktu penampalan dari variabel 1 (Geologi)
ditampalkan dengan variabel 2 (kemiringan
lahan), skor yang dimiliki setiap titik dari kawasan
perencanaan untuk masing-masing varibel
dijumlahkan. Contoh: Pada satu titik kawasan
perencanaan mempunyai nilai skor 12 untuk
variabel 1 (geologi tanah berupa lempung, lumpur) dan
mempunyai nilai skor 9 untuk
variabel 2 (kemiringan curam-sangat curam). Dari kedua
variabel titik tersebut mendapat
skor 21. Selanjutnya dilakukan penampalan variabel 3
dengan nilai skor 15 (kegempaan pada
skala VIII), maka dari ketiga variabel titik tersebut
mendapat nilai 21+15= 36. Pada
penampalan varibel 4 dengan nilai 8 (struktur geologi
dekat dengan daerah sesar), maka nilai
akhir dari penampalan keempat variabel adalah 36+8=44.
• Nilai yang diperoleh pada butir 3 di atas dicocokkan
dengan nilai skor masing-masing tipologi
kerawanan bencana gempa bumi yaitu:
o Tipe A jika skor akhir 31-35
o Tipe B jika skor akhir 35-40
o Tipe C jika skor akhir 41-45
o Tipe D jika skor akhir 46-50
o Tipe E jika skor akhir 51-55
o Tipe F jika skor akhir 56-60
Matriks Pembobotan untuk Kestabilan Wilayah Terhadap
Gempa Bumi Komponen (Informasi Geologi) yang Diperhitungkan:
NO |
INFORMASI GEOLOGI |
KELAS INFORMASI |
NILAI KEMAMPUAN |
BOBOT |
SKOR |
||
1 |
Geologi (sifat fisik dan keteknikan batuan) |
a. Andesit, granit, diorit, metamorf, breksi volkanik,
aglomerat, breksi sedimen, konglomerat |
1 |
3 |
3 |
||
b. Batupasir, tufa kasar, batulanau, arkose, greywacke,
batugamping |
2 |
6 |
|||||
c. Pasir, lanau, batulumpur, napal, tufa halus, serpih |
3 |
9 |
|||||
d. Lempung, lumpur, lempung organik, gambut |
4 |
12 |
|||||
2 |
Kemiringan Lereng |
a. Datar – Landai (0 - 7 %) |
1 |
3 |
3 |
||
b. Miring – Agak Curam (7 – 30 %) |
2 |
6 |
|||||
c. Curam – Sangat Curam (30 – 140 %) |
3 |
9 |
|||||
d. Terjal (> 140 %) |
4 |
12 |
|||||
3 |
Kegempaan |
MMI |
a |
Richter |
|
5 |
|
I, ii, iii, iv, v |
< 0,05 g |
< 5 |
1 |
5 |
|||
Vi, vii |
0,05 – 0,15 g |
5 – 6 |
2 |
10 |
|||
Viii |
0,15 – 0,30 g 6 |
6 – 6,5 |
3 |
15 |
|||
Ix, x, xi, xii |
> 0,30 g |
> 6,5 |
4 |
20 |
|||
4 |
Struktur Geologi |
a. Jauh dari zona sesar |
1 |
4 |
4 |
||
b. Dekat dengan zona sesar (100 – 1000 m dari zona sesar) |
2 |
8 |
|||||
c. Pada zona sesar (<100 m dari zona sesar) |
4 |
16 |
Untuk menghitung Skor guna mengidentifikasi tipologi zona
dan atau kelas kestabilan lahan kawasan rawan gempa adalah dengan mengalikan
antara nilai kemampuan dan pembobotan yang diberikan berdasarkan diatas
SKOR = NILAI
KEMAMPUAN X BOBOT
Skor tiap informasi teknologi (sifat fisik dan keteknikan
batuan, kemiringan lereng, kegempaan dan struktur geologi) dijumlah untuk
mendapatkan kelas kestabilan lahan dan zona tipologi kerawanan.