Tampilkan postingan dengan label Sutami. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sutami. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 05 November 2022

Ilmu Wilayah Dalam Kaitannya Dengan Pembangunan Nasional

Berikut ini adalah beberapa bagian dari buku yang ditulis oleh Prof.DR. Ir. Sutami, yang berjudul “Ilmu Wilayah Dalam Kaitannya Dengan Pembangunan Nasional” yang diterbitkan pada tahun 1980. Sengaja saya ambil beberapa bagian saja sebagai renungan dan kilas balik peranan dan kedudukan ilmu wilayah pada masa itu.

Indonesia sedang membangun di segala bidang. Yang dimaksudkan dengan segala bidang dalam garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu : politik, ekonomi, sosial dan budaya. Keempatnya harus dapat berjalan selaras, walaupun masing~ masing dengan penekanan yang tidak sama. Yang jelas, pembangunan dibidang yang satu jangan sampai merugikan pembangunan dibidang yang lain.

Pembangunan yang dilakukan harus berintikan, pembangunan kembali (reconstruction) dan pengembangan (development), dan meliputi keempat bidang tersebut diatas. Kegiatan ekonomi menghasilkan economic commodity yang dapat dinilai dengan uang, sedangkan kegiatan yang lain non-economic commodity yang tidak dapat dinilai dengan uang. Kegiatan yang terus berkembang akan memberikan hasil yang terus meningkat pula, baik berupa economic commodity, maupun non-economic commodity. Dari kedua macam hasil tersebut biasanya hanya yang pertama yang mendapat perhatian secara khusus, padahal yang kedua tidak kalah pentingnya dari pada yang pertama.

Ada suatu negara yang dalam waktu yang relatif sangat singkat dapat meningkatkan income per capita menjadi lebih dari empat belas kali, namun akhir-akhir ini mengalami pergolakan-pergolakan politik yang cukup merisaukan. Ada pula suatu negara yang sudah termasuk negara industri yang cukup kaya (karena prestasinya akhir-akhir ini yang mentakjubkan), tetapi tidak sedikit rakyatnya yang masih hidup sebagai gelandangan di tengah-tengah lingkungan yang serba mewah dan modern itu. Pendek kata menjelang akhir abad ke-20 ini banyak kejadian-kejadian di dunia ini yang dapat kita tarik sebagai pelajaran dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan di Negara kita. ltulah pula sebabnya, maka kita sampai pada kesimpulan, bahwa keempat macam pembangunan tersebut diatas perlu diselaraskan jalannya, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, baik sekarang maupun dikemudian hari. Dan jauh lebih penting. Apabila kita bicara mengenai pembangunan, maka dengan sendirinya kita mengharapkan adanya suatu perkembangan dalam kegiatan tersebut. Hasilnyapun diharapkan akan meningkat pula. Walaupun hasilnya bersifat kwalitatif, namun sejauh mungkin diusahakan untuk dikwantifikasikan, agar dapat dipakai untuk mengukur, apakah pembangunan tersebut boleh dikatakan berhasil atau tidak.

Baik pembangunan ekon6mi yang hasilnya bersifat kwantitatif, maupun pembangunan politik, sosial dan budaya yang hasilnya bersifat kwalitatif, perlu diikuti dengan seksama dan dikendalikan dengan sebaik-baiknya. Bila terjadi deviasi (penyimpangan) yang tidak dikehendaki, harus segera diambil tindakan penyesuaian seperlunya, supaya tidak berlarut-larut. Dalam · hubungan ini kita harus selalu berpegang pada Pancasila sebagai landasan filosofis dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional.

Seperti yang telah dikemukakan, tiap pembangunan, apakah itu pembangunan politik, ekonomi, sosial ataupun budaya, pada dasarnya memerlukan penunjangan berupa pembangunan fisik. Namun demikian dalam banyak hal dapat diusahakan, agar sesuatu pembangunan fisik dapat melayani beberapa pembangunan sekaligus, jadi bersifat seperti serbaguna. Sudah barang tentu hal ini akan menghemat biaya investasi. Sebaliknya kalau kita melihet sesuatu masalah pembangunan kurang komprehensif bisa terjadi apa yang disebut capital depletion.

Kebijaksanaan merupakan sesuatu yang sangat menentukan bagi setiap pembangunan. Dan kebijaksanaan yang baik harus sudah memperhitungkan kemungkinan pelaksanaannya. Bahkan pad a waktu akan mu lai, sudah harus dapat membayangkan bagaimana nanti kira-kira penyelesaiannya. Dengan demikian, maka pembangunan yang dimaksud akan dapat dikendalikan dengan sebaik-baiknya.

Apabila kita perhatikan tujuan dari pembangunan itu sendiri, maka dalam menggarap perekonomian Negara, seyogyanya kita meneruskannya sampai ke perekonomian rumah tangga. Begitu pula dalam bidang-bidang yang lain. Apabila kita bicara mengenai : pangan, sandang dan papan, maka rumah tanggalah yang sebenarnya menjadi obyek. Walaupun indikator ekonomi menunjukkan, bahwa perekonomian negara mencapai k~majuan yang cukup menggembirakan, tetapi apa yang disebut the trickling down effect ternyata tidak terjadi dengan sendirinya. Ada hambatan atau kelambanan (traagheid) yang menyebabkan transformasi tersebut tidak terlaksana seperti yang diharapkan. Oleh karena itu perlu penanganan secara khusus, agar perataan yang dimaksud dapat terwujud dengan sebaik-baiknya. Hal ini tidak terbatas pada bidang ekonomi, tetapi juga pada bidang-bidang yang lain. Dan untuk mengukur tingkat perataan tersebut kiranya dapat digunakan indikator sosial, yang diantaranya meliputi :

- kesempatan kerja

- pendapatan dan konsumsi

- kesehatan dan gizi

- kesempatan belajar

- keselamatan umum dan keadilan.

Dalam melaksanakan pembangunan fisik yang terutama kita hadapi adalah : ecosystem sedangkan keempat pembangunan yang lain terutama menghadapi : social system Dalam hubungan ini dapat kita katakan, bahwa yang pertama merupakan semacam alat, sedangkan yang kedua tujuan. Namun demikian keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena sifatnya yang komplementer. Adapun tujuan pembangunan yang sedang kita laksanakan adalah : masyarakat yang adil dan makmur, material dan spiritual. Oleh karena itu selain peradaban, juga kebudayaan perlu mendapatkan penggarapan yang sebaik-baiknya. Semuanya telah tercakup dalam kelima sila dari falsafah kita : Pancasila.

Mengingat fungsinya yang hanya se~agai semacam alat, maka pembangunan fisik yang dimaksud harus memenuhi 4 macam kriteria, yaitu

Secara kwalitatif : desirability dan consistency

Secara kwantitatif : feasibility dan efficiency

Mengenai pelaksanaan pembangunannya sendiri secara fisik, perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh :

- mutu pekerjaan

- biaya yang diperlukan

- waktu penyelesaiannya

Disini banyak masalah-masalah teknik dan administrasi yang perlu diselesaikan, .agar pekerjaan dapat berjalan dengan lancar.

Apabila perangkat tersehut diatas telah selesai digarap, maka barulah dimulai dengan kegiatan pembangunan yang sebenarnya, yang berbeda dengan pembangunan fisik, terdiri dari 4 macam, yaitu : politik, ekonomi, sosial dan budaya. Dalam hal ini kita lebih banyak menghadapi social system, daripada ecosystem. Banyak masalahmasalah teknologis dan institusionil akan menonjol dan secara sistimatis harus dapat dipecahkan dengan sebaik-baiknya. Tujuan dari pembangunan itu seridiri harus senantiasa melandasi sasaran-sasaran yang ditetapkan. Apa yang disebut planning cycle harus dapat berjalan dengan baik. Akhirnya perlu diciptakan cara-cara tertentu untuk mengukur, apakah sesuatu pembangunan itu dapat dikatakan berhasil atau tidak.

Hasil kegiatan ekonomi, baik yang berupa jasa, maupun barang, dapat dinilai dengan uang. Dan dengan menghitung hasil tiap tahunnya, bisa ditentukan besarnya :

- gross domestic product

-income per capita

- rate of economic growth

dsb.

Sebaliknya hasil kegiatan politik, sosial dan budaya pada umumnya bersifat kwalitatif, dan jelas tidak dapat diukur dengan uang. Disini kita jumpai nilai-nilai tertentu yang dalam banyak hal tidak kalah pentingnya dari pada nilai mata uang, bahkan kadang-kadang jauh lebih penting. Apabila kita bicara mengenai pembangunan, maka dengan sendirinya kita mengharapkan adanya suatu perkembangan dalam kegiatan tersebut. Hasilnyapun diharapkan akan meningkat pula. Walaupun hasilnya bersifat kwalitatif, namun sejauh mungkin diusahakan untuk dikwantifikasikan, agar dapat dipakai untuk mengukur, apakah pembangunan tersebut boleh dikatakan berhasil atau tidak.

Baik pembangunan ekonomi yang hasilnya bersifat kwantitatif, maupun pembangunan politik, sosial dan budaya yang hasilnya bersifat kwalitatif, perlu diikuti dengan seksama dan dikendalikan dengan sebaik-baiknya. Bila terjadi deviasi (penyimpangan) yang tidak dikehendaki, harus segera diambil tindakan penyesuaian seperlunya, supaya tidak berlarut-larut. Dalam hubungan ini kita harus selalu berpegang pada Pancasila sebagai landasan filosofis dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional.

Seperti yang telah dikemukakan, tiap pembangunan, apakah itu pembangunan politik, ekonomi, sosial ataupun budaya, pada dasarnya memerlukan penunjangan berupa pembangunan fisik. Namun demikian dalam banyak hal dapat diusahakan, agar sesuatu pembangunan fisik dapat melayani beberapa pembangunan sekaligus, jadi bersifat seperti serbaguna. Sudah barang tentu hal ini akan menghemat biaya investasi. Sebaliknya kalau kita melihst sesuatu masalah pembangunan kurang komprehensif bisa terjadi apa yang disebut capital depletion.

Kebijaksanaan merupakan sesuatu yang sangat menentukan bagi setiap pembangunan. Dan kebijaksanaan yang baik harus sudah memperhitungkan kemungkinan pelaksanaannya. Bahkan pada waktu akan mu lai, sudah harus dapat membayangkan bagaimana nanti kira-kira penyelesaiannya. Dengan demikian, maka pembangunan yang dimaksud akan dapat dikendalikan dengan sebaik-baiknya.

Apabila kita perhatikan tujuan dari pembangunan itu sendiri, maka dalam menggarap perekonomian Negara, seyogyanya kita meneruskannya sampai ke perekonomian rumah tangga Begitu pula dalam bidang-bidang yang lain. Apabila kita bicara mengenai : pangan, sandang dan papan, maka rumah tanggalah yang sebenarnya menjadi obyek. Walaupun indikator ekonomi menunjukkan, bahwa perekonomian negara mencapai k(ilmajuan yang cukup menggembirakan, tetapi apa yang disebut the trickling down effect ternyata tidak terjadi dengan sendirinya. Ada hambatan atau kelambanan (traagheid) yang menyebabkan transformasi tersebut tidak terlaksana seperti yang diharapkan. Oleh karena itu perlu penanganan secara khusus, agar perataan yang dimaksud dapat terwujud dengan sebaik-baiknya. Hal ini tidak terbatas pada bidang ekonomi, tetapi juga pada bidang-bidang yang lain. Dan untuk mengukur tingkat perataan tersebut kiranya dapat digunakan indikator sosial, yang diantaranya meliputi :

- kesempatan kerja

- pendapatan dan konsumsi

- kesehatan dan gizi

- kesempatan belajar

- keselamatan umum dan keadilan.

Walaupun ada hal-hal yang bersifat kwalitatif, tetapi disini kita bermaksud untuk mengkwapt!fikasikan segala permasalahan sejauh mungkin. Dalam hubungan ini terutama kemampuan rumah tangga diberbagai bidang perlu ditingkatkan. Kiranya tidak perlu dijelaskan lagi, bahwa perkataan sosial yang digunakan pada indikator sosial mempunyai arti yang luas, karena menyangkut juga bidang-bidang yang lain.

Pengalaman telah menunjukkan, bahwa banyak pemerintah daerah yang mengurusi beberapa ratusribu atau beberapa juta rumah tangga (yang sebagian terbesar sangat terbatas kemampuannya), yang pendapatannya tiap tahun begitu rendah, sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan pembangunan di daerahnya seperti yang diharapkan. Akibatnya pemerintah daerah yang bersangkutan juga tidak dapat berbuat banyak untuk meningkatkan kemampuan sekian banyak rumah tangga yang diurusnya itu. Sudah barang tentu lingkaran setan tersebut perlu ditembus, karena membiarkan keadaan seperti itu berlarut-larut akan sangat merugikan kedua belah fihak, yaitu yang mengurus dan yang diurus. Ternyata kesulitan itu terutama disebabkan karena adanya /and-manratio yang kurang wajar. Ada daerah yang terlalu padat penduduknya, sehingga tidak dapat menciptakan lingkungan yang menguntungkan bagi pembangunan. Akibatnya rumah tangga - rumah tangga yang bersangkutan sebagian terbesar tidak dapat ditingkatkan kemampuannya. Dan keadaan yang serupa kita jumpai pula di daerah perkotaan. Seperti kita ketahui, /and-man-ratio lazimnya hanya diterapkan untuk daerah pedesaan.

Pada umumnya rumah-tangga merupakan disatu fihak : konsumen, dan dilain fihak : sumber tenaga kerja. Selama rumah-tangga sangat rendah kemampuannya, baik sebagai konsumen, maupun sebagai sumber tenaga kerja, maka partisipasinya dalam pembangunan juga sangat terbatas. Masalah ini perlu pengamatan secara terus-menerus, karena merupakan hambatan yang sangat merugikan. ltufah sebabnya, maka selain pembangunan ekonomi, juga pembangunan dibidang lain perlu digalakkan. Dan jika kita bicara mengenai rumah-tangga, maka yang kita maksudkan sudah barang tentu tidak hanya rumah tangga yang ada di daerah perkotaan saja, tetapi juga rumah tangga yang ada di daerah pedesaan. Bahkan rumah tangga para nelayanpun harus kita cakup didalamnya.

Akhirnya dapat dikemukakan disini, bahwa kesulitan seperti tersebut diatas sebenarnya berkisar pada masalah kependudukan. Hendaknya jangan dilupakan, bahwa negara kita merupakan negara nomor lima di dunia yang terpadat penduduknya. Dan tiap tahun jumlah penduduknya akan bertambah sekitar 2%. Oleh karena itu, jika pada permasalahan tersebut kita tambahkan dimensi waktu , maka keadaannya akan bertambah tidak menggembirakan, kecuali kalau kita segera mengambil langkah-langkah yang memadai. Landman-ratio yang kurang wajar yang terdapat di daerah pedesaan perlu dibetulkan. Daerah perkotaan yang terlalu padat perlu dikurangi penduduknya atau dicarikan cara pemecahan yang lain. Persoalan kesempatan kerja, kesehatan rakyat, pendidikan dan lain sebagainya perlu ditangani dengan sebaik-baiknya. Kemampuan rumah tangga, baik sebagai konsumen, maupun sebagai sumber tenaga kerja, perlu ditingkatkan. Sementara itu kerusakan alam dan pencemaran alam perlu dicegah sejauh mungkin. Yang telah terlanjur terjadi perlu diatasi dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu disamping indikator ekonomi dan indikator sosial, perlu digunakan juga lndikator ekologi. Hanya dengan cara demikian kita dapat mengharapkan anak cucu kita akan menjumpai keadaan yang lebih baik menjelang akhir abad ke-20 ini.

 

A.    PENDAHULUAN

Setelah kita hampir selama 10 tahun menjelajahi pelosok Tanah Air lewat darat, kita menyadari dan menghayati, betapa besarnya karunia Tuhan yang diberikan kepada bangsa kita. Dan kitapun mengucap syukur kehadirat-Nya, bahwa bangsa kita yang bhinneka tunggal ika itu tetap utuh dan penuh semangat, untuk membangun hari depannya dengan lebih baik, setelah lebih dari 3,5 abad mengalami penjajahan. Tiap bertemu dengan rakyat di daerah yang terpencil, yang jarang mendapatkan kunjungan, dapat dibaca dari sinar mata mereka, bahwa mereka mengharapkan adanya perubahan di daerahnya. Dan mereka pun berusaha d~ngan cara dan kemampuan mereka sendiri, yang serba terbatas, untuk mulai dengan pembangunan tersebut. Walaupun sebenarnya daerah mereka memiliki cukup potensi untuk maksud itu, tetapi karena kekurangan expertise, maka hasilnyapun sangat terbatas.

Pada umumnya wilayah-wilayah di luar Jawa relatif masih sangat jarang penduduknya. Hanya wilayah-wilayah tertentu dan daerah perkotaan saja yang berpenduduk cukup memadai, sehingga dapat berkembang dengan baik. Oleh karena itu untuk dapat mengembangkan wilayah-wilayah di luar Jawa, perlu adanya tambahan penduduk sebagai sumber tenaga kerja yang dibutuhkan. Seperti diketahui pembangunan sektor pertanian, yang selain tanaman pangan mencakup pula : peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan, terutama mengandalkan sumber daya alam, berupa tanah dan air, dan sumber daya manusia.

Alam sebagai ecosystem selalu cenderung untuk mencari keseimbangan. Dalam keadaannya yang primitif manusia merupakan bagian dari alam dan ikut dalam siklus ekologi yang berlangsung. Apabila tiba musim hujan dan udara menjadi dingin, maka datang pula musim duren, karena buah duren dapat menghangatkan badan manusia. Begitu pula jika badan manusia menjadi alkalis, maka buah-buahanpun. menjadi masam, sehingga kalau dimakan, bisa menetralisirnya dengan baik. Dari kawah ljen di Jawa Timur mengalir sungai Banyu Pahit, yang mengandung belerang dan mineral-mineral lain yang beracun. Tetapi sebelum sampai ke dataran di mana penduduk bercocok tanam, sungai tersebut bertemu dengan sungai Kali Sat, yang menetralisir air sungai Banyu Pahit yang beracun itu. Begitulah alam dengan penuh kasih-sayang selalu menjaga hidup manusia. Bahkan kalau sakitpun, telah tersedia berbagai macam tanaman yang dapat digunakan untuk menyembuhkannya. Sementara itu keindahan alam yang terdapat dimana-mana bisa menambah kebahagiaan hidup manusia di dunia ini. Namun keadaan seperti itu sekarang sudah banyak berubah. Dalam hubungan ini kiranya ada baiknya kita menengok sejenak ke belakang dan mencoba menghayati kaidah-kaidah yang mendasari kejadiankejadian di alam-semesta ini.

Tuhan Yang Maha Esa menciptakan alam untuk kepentingan manusia, dan sejak beberapa ribu tahun yang lalu para ahli filsafat telah berusaha untuk mengerti makna dari semuanya itu. Seperti dimaklumi filsafat merupakan cikal-bakal dari semua ilmu yang dikuasai oleh manusia sekarang ini. Dikatakan, bahwa semua yang terjadi di alam-semesta mengalir dan berubah bagaikan arus air. PANT A RHEI ( atau segala sesuatu mengalir ), merupakan kata-kata yang diungkapkan oleh seorang ahli filsafat kira-kira 25 abad yang lampau. Kemudian oleh ahli filsafat yang lain dilukiskan, bahwa gerakan yang berlangsung terus tiada hentinya itu ( atau the unceasing movements ) disebabkan oleh 2 kekuatan yang utama, yaitu :

l  the virile, sebagai unsur yang positif atau jantan,

l  the docile, sebagai unsur yang negatif atau betina.

Apabila kedua kekuatan tersebut bertemu dan terjadi interaksi, maka terciptalah tenaga yang menghasilkan segala macam gerakan tersebut, yaitu gerakan yang terjadi secara beruntun dan tanpa putus. lnilah asal mula dari adanya kehidupan dan evolusi di dunia, yang semuanya terjadi secara alamiah dan spontan. Walaupun diungkapkan dengan katakata yang sederhana, namun sebenarnya proses tersebut mempunyai ruang lingkup dan makna yang sangat luas dan mendalam. Dan secara keseluruhan dapat dicakup dengan satu perkataan saja, yaitu : perubahan ( change ). Padahal pembangunan yang sedang kita laksanakan sekarang ini juga dimaksudkan untuk mengadakan perubahan kearah kemajuan ! Perubahan yang pertama adalah atas kehendak Tuhan, sedangkan yang kedua atas kehendak manusia. Yang pertama bersifat alamiah (natural), dan yang kedua buatan ( artificial ). Yang pertama hasilnya selalu baik dan sempurna, dan yang kedua masih harus diusahakan ! Oleh karena itu agar tujuan dari pembangunan dapat dicapai, maka keduanya harus terpadu. Atau lebih tepat kalau dikatakan, bahwa yang kedua wajib berorientasikan pada yang pertama, dan bukan sebaliknya. Penyesuaian inilah yang harus dilakukan, agar kita selamat sampai kepada tujuan. Bagaimanapun juga kehendak Tuhanlah yang akan berlaku !

Matahari sebagai salah satu unsur dari Langit terus memancarkan sinarnya ( sebagai kekuatan yang positif atau jantan ) , dan menyebabkan adanya pergantian musim di bumi ( sebagai kekuatan yang negatif atau betina ). Musim hujan silih-berganti dengan musim kemarau. Tanaman tumbuh dan menghasilkan buah, hewan berkembang biak dan manusiapun terus bertambah jumlahnya.

Diantara ke-empat macam ciptaan Tuhan tersebut, hanya manusialah yang mempunyai kehendak. Benda mati, tumbuh-tumbuhan dan hewan dengan taat tunduk pada hukum a/am, dan manusia dengan kehendaknya wajib menyesuaikan diri, sehingga secara keseluruhan tetap akan tercapai keseimbangan secara alamiah. Proses semacam inilah yang baik dan langgeng ! Bahkan tidak berhenti sampai di situ saja. Selain kebahagiaan di dunia, manusia juga wajib memikirkan kebahagiaan di akhirat. Oleh karena itu selain masalah-masalah yang bersifat fisik, perlu juga digarap masalah-masalah yang bersifat kejiwaan. Akhlak, mental, moral, watak dan semacamnya, perlu mendapatkan perhatian yang sebaik-baiknya. Dan untuk itu semua, manusia wajib saling tolong-menolong !

Kekuatan positif ( atau jantan ) dan kekuatan yang negatif ( atau betina ), tidak hanya terdapat dalam skala yang besar, tetapi juga dalam skalayang kecil, bahkan yang paling kecil sekalipun. Pada badan manusia juga terdapat kedua macam kekuatan tersebut. Dan baik dalam skala yang besar, maupun dalam skala yang kecil, prosesnya selalu cenderung untuk mencari keseimbangan. Apabila keseimbangan yang dimaksud tidak dapat dicapai, maka akan terjadi gangguan. Dan setiap gangguan akan menimbulkan penyakit.

Sementara itu berbagai macam ilmu pengetahuan, sebagai keturunan dari filsafat, terus berkembang. Baik yang termasuk kelompok ilmu pengetahuan fisik dan biologi, maupun yang masuk kelompok ilinu pengetahuan sosial dan kemanusiaan. Baik yang berupa ilmu pengetahuan murni (pure sciences ), maupun yang diterapkan ( applied sciences ). Memang hakekat dari pada suatu ilmu .itu adalah untuk digunakan. Oleh karena itu cara pemikiran yang interdisipliner, dan cara penanganan yang multi disipliner, perlu diusahakan. Tetapi bersamaan dengan berkembangnya berbagai ilmu pengetahuan tersebut, telah berkembang pula situasi di dunia. Kejadian-kejadian yang dulu serba mudah dan sederhana, karena adanya gerakan yang tiada putusnya itu telah berubah dan berkembang menjadi sulit dan kompleks. Dunia makin padat penduduknya. Pencemaran tannah, air dan udara terjadi dimana-mana. Tanah pertanian makin terasa sempit dan lain sebagainya. Pendek kata keseimbangan alamiah mulai terganggu, karena proses a/amiah tidak lagi dapat mengimbangi proses buatan. Dan kerusakan alampun mulai mencapai tingkat yang cukup mengkhawatirkan

Guna mengatasi keadaan yang kurang menguntungkan tersebut, maka permasalahannya perlu dikembalikan lagi pada kaidah-kaidah yang mendasari segala kejadian di ·alam semesta ini. Dalam hubungan ini ada 2 petunjuk yang dapat digunakan, yaitu :

l  Ditengah-tengah permasalahan yang sulit dan kompleks, selalu dapat ditemukan intinya yang mudah dan sederhana (ease and simplicity).

l  Ditengah-tengah kejadian yang senantiasa berubah dan berkembang, selalu dapat ditemu kan azas-azasnya yang tidak berubah-ubah ( invariability )

Kita sering mendengar kata-kata, bahwa di dalam benda yang padat selalu terdapat benda yang tidak padat, dan di dalam benda yang tidak padat, selalu terdapat benda yang padat. Kata-kata tersebut mengandung makna yang sangat dalam. Dan dengan memahami itu semua, maka manusia dapat meneliti dan kemudian menguraikan fenomena yang sulit dan kompleks dari dunia menurut jalur-jalurnya yang hakiki. Kebijaksanaan semacam itulah yang perlu ditumbuhkan dan dikembangkan pada manusia.

Manusia sebagai mahluk Tuhan yang paling tinggi diharapkan menjadi pemimpin di muka bumi ini. Mulai dari pemimpin umat, pemimpin negara, pemimpin rumah tangga, sampai dengan pemimpin dapur sekalipun. Semuanya penting, dan pada semuanya melekat tanggungjawab tertentu. Tidak ada tugas yang tidak ada manfaatnya, dan tidak ada tindakan yang lepas dari pengamatan Tuhan. Dan dunia akan terus berputar mengikuti aturan-aturan yang tetap.

Dalam perkembangannya, selain sekedar untuk hidup, manusia ingin juga melakukan kegiatan yang bisa meningkatkan taraf hidupnya. Kalau dulu manusia lebih banyak menggunakan naluri dan perasaannya, yang tercermin dari adat-istiadat dan seni budaya, sekarang banyak pula menggunakan akalnya. Berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang, bahkan kadang-kadang sangat cepat dan mempesonakan, sehingga mendesak kaidah-kaidah yang lama. lbarat pohon yang besar yang rindang tumbuhnya, menyebabkan matinya rumput yang tumbuh dibawahnya. Sebenarnya semua itu tidak akan menimbulkan kerusakan yang mencemaskan, apabila secara teratur diusahakan keseimbangannya kembali, termasuk keseimbangan ekologis. Sayang ekologi sebagai ilmu terlalu cepat mengadakan spesialisasi, sehingga kurang mampu menggarap permasalahanpermasalahan yang hakiki tersebut. Paling-paling yang ditangani hanya sepotong-sepotong, sehingga kurang dapat melihat permasalahannya secara menyeluruh. Kerusakan alam dan pencemaran alam mulai merajalela. Ada yang masih bisa diatasi, ada pula yang tidak dapat diatasi lagi. Bahkan tidak hanya terbatas pada alam dalam arti sempit, tetapi juga dalam arti luas, yaitu termasuk manusianya.

Kita di Indonesia juga menghadapi persoalan-persoalan itu, walaupun dengan macam dan bobot yang berbeda. Dan untuk mengatasinya pertama-tama kita perlu menghayati falsafah Negara Kita : Pancasila. Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, merupakan rangkaian kata-kata yang artinya sangat dalam. Nilai-nilai budaya bangsa tercakup didalamnya dan memang dari sinilah kita mulai dengan : Nation and character building. Dan untuk itu yang merupakan bekal kita yang utama adalah Tanah Air. ltulah sebabnya, maka Tuhanpun melarang manusia membikin kerusakan di muka bumi (dalam arti yang luas). Dalam hubungan ini fikiran dan perasaan harus dapat saling mengisi dan saling mengendalikan. Janganlah kita terpukau oleh hal-hal yang dari luar saja, kelihatannya mempesonakan. Dalam mengadakan penilaian, kita perlu mengembangkan ukuran-ukuran kita sendiri yang lebih mantap. Yang kedengarannya enak belum tentu menguntungkan, dan sebaliknya yang kedengarannya tidak enak belum tentu merugikan. Apapun yang terjadi di dunia ini selalu ada hikmahnya. Dan kitapun harus cukup dewasa untuk dapat memberikan appresiasi yang sebaik-baiknya. Pengertian dan kasih sayang harus dapat berkembang di Negara kita. Kita bertanggungjawab atas kehidupan seluruh rakyat kita, yang sekarang telah mencapai jumlah sekitar 135 juta orang, dan dalam tahun 2000 nanti akan melampaui 200 juta orang. Dan tidak hanya hidupnya, tetapi juga kedalaman hidupnya perlu diperhatikan. Disinilah letaknya harkat dan martabat bangsa kita.

Apabila wilayah-wilayah di luar pulau Jawa belum dapat berkembang sesuai dengan yang kita kehendaki, karena terlalu jarang penduduknya, maka wilayah-wilayah di pulau Jawa, justru mengalami yang sebaliknya. Ol.eh karena penduduknya terlalu padat, maka perkembangannya dil'lantui oleh kerusakan alam yang sangat merugikan. Oleh karena itu dalam pembangunan Negara yang sedang kita laksanakan, ada 2 kegiatan yang harus kita lakukan, yaitu :

l  mengembangkan wilayah-wilayah luar pulau Jawa,

l  menyelamatkan pulau Jawa, dan sekaligus juga penduduknya yang menderita.

Tujuan dari pembangunan kita telah jelas, yaitu : masyarakat yang adil dan makmur, material dan spiritual. Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia merupakan sila ke-5 dari falsafah Pancasila~ Dalam hubungan ini ada 3 program pokok, yang harus dilaksanakan, yaitu :

l  pembangunan

l  pembinaan

l  pengaturan.

Dan pengertian pembangunan harus berintikan : pembangunan kembali (reconstruction) dan pengembangan (development), dimana : perbaikan (repair) dan pemeliharaan (maintenance) sudah tercakup didalamnya.

 

 

Sumber: Prof.DR. Ir. Sutami, “Ilmu Wilayah Dalam Kaitannya Dengan Pembangunan Nasional” yang diterbitkan Badan Penerbit Pekerjaan Umum pada tahun 1980.