Tampilkan postingan dengan label Revitalisasi Kawasan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Revitalisasi Kawasan. Tampilkan semua postingan

Jumat, 08 Juli 2022

REVITALISASI KAWASAN TEPI AIR (Waterfront City) (STUDI KASUS: MENATA KAWASAN TEPIAN MUSI SEBAGAI WAJAH KOTA PALEMBANG)

Kota Palembang sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Selatan, telah lama dikenal sebagai kota yang berada di tepian sebuah sungai besar, yaitu Sungai Musi. Sungai ini melintasi kota Palembang yang luasnya 400,61 km2 sepanjang lebih kurang 20 km. Sungai ini membelah Kota Palembang menjadi dua bagian yaitu bagian Seberang Ulu (24,28 persen) dan bagian Seberang llir (75 ,72 persen ).

Masyarakat kota Palembang akrab menyebut Sungai Musi  sebagai "Batang Hari Sembilan': Batang Hari Sembilan ini terdiri dari sembilan sungai yaitu Sungai Musi sebagai induk dan delapan anak sungai yang besar yaitu sungai Komering, Lematang, Ogan, Leko, Kelingi, Rawas, dan Lakitan. Di Kota Palembang sendiri mengalir 76 anak sungai kecil yang semuanya bermuara ke Sungai Musi.

Tidak heran bila sejak lama sungai sudah menjadi sarana transportasi utama bagi penduduknya. Namun saat ini sungai-sungai kecil tersebut semakin berkurang. Padahal orang mengenal Kota Palembang sebagai kota dengan banyak sungai. Namun saat ini orang hanya tahu Sungai Musi saja . Salah satu sebab "menghilangnya" sungai-sungai kecil yang be rmuara ke sungai Musi adalah banyaknya pembangunan jembatan yang rata dengan tepi sungai, sehingga perahu kecil tak mungkin melewatinya. Seharusnya sungai-sungai ini bisa saling bersambungan dan dapat dimanfaatkan sebagai river tourism.

Pemerintah kota mencanangkan visi untuk mengembalikan kejayaan Palembang melalui peningkatan lima fungsi kota, yaitu sebagai pusat pemerintahan, pusat pendidikan, pusat pariwisata, pusat perdagangan, dan pusat industri. Untuk mewujudkannya, disusunlah tujuan pengembangan kawasan, yaitu:

1. Menciptakan fungsi pusat kota yang majemuk (Mixed use Central Businness District).

2. Memadukan secara harmonis aktifitas pada Waterfront city, Central Business District, Wisata dan Budaya .

3. Menciptakan lapangan kerja dan pertumbuhan usaha.

4. Revitalisasi dan preservasi kawasan dan bangunan bersejarah.

5. Menciptakan ruang publik, fasilitas publik dan lingkungan pejalan kaki.

6. Menciptakan kolase kota, detail arsitektur dan ruang publik yang artistik.

7. Menciptakan kawasan sebagai indentitas dan jiwa masyarakat Kota Palembang.

 

Penataan Kota Palembang tidak terlepas dari konsep penataan tepian sungai, karena panjangnya wilayah yang berbatasan dengan badan air ini. Segitu pun kawasan pusat kota yang berada di tepian Sungai Musi, meliputi kawasan Senteng Kuto Sesak (SKS), Masjid Agung, Jembatan Ampera, Museum Sultan Mahmud Sadaruddin, Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera), serta bangunan kuno bergaya Kolonial, Melayu dan Cina. Kawasan ini menjadi wajah kota yang pertama kali menyambut kita bila datang ke Kota Palembang.

Penataan kawasan pusat kota ini yang menjadi langkah awal dalam penataan kawasan tepi air di Kota Palembang. Pada awalnya, kawasan ini merupakan pusat perdagangan dan permukiman yang cenderung kumuh, kotor dan tidak teratur. Kekumuhan bangunan dan lingkungan di sekitar kawasan tepi air dan Jembatan Ampera menjadikan kawasan ini terkenal dengan tingkat kriminalitas yang tinggi.

Walaupun begitu, pemerintah Kota Palembang dapat melihat pula potensi yang harus bisa diangkat dalam penataan dan pengembangan kawasan . Potensi tersebut antara lain nilai historis bangunan bersejarah, arsitektur urban yang unik, bangunan kuno, rumah bari, bangunan melayu, bangunan arab dan pecinan. Kawasan ini juga menjadi pusat bisnis penting bagi   perekonomian. Kegiatan penataan yang dijalankan adalah pengembangan kawasan Senteng Kuto Sesak menjadi kawasan yang bersih dan indah dengan ruang publik luas. Kawasan perdagangan 16 Ilir disulap dari yang tadinya kumuh, kotor, dan semrawut menjadi kawasan yang tertata rapi. Pemukiman tepi Sungai Musi direlokasi dan konsolidasi. Penataan dilakukan di Kampung Kapiten, sebuah kampung nelayan dengan dan terdapat bangunan bersejarah milik seorang kapiten cina pada masanya. Bangunan ini dilindungi dan dijadikan salah satu obyek wisata kota.

Penataan Tepian Sungai Musi di Kota Palembang telah memberikan dampak yang signifikan bagi perubahan wajah kota. Citra sebagai kota yang kotor dan tidak aman, semakin berubah menjadi kota yang lebih nyaman dan hidup, baik di siang maupun malam hari sehingga mengundang siapapun untuk menikmatinya.

kegiatan-kegiatan indusrri berkembang, maka industri jasa pelayanan ikutan pun berkembang pula. Karakreristik unik wilayah tepi air juga membuka peluang bagi kegiatan reklamasi dan industri pariwisata. Tak hanya rekreasi air, tetapi pariwisata yang berkaitan dengan sejarah kota tua pun bisa dikembangkan. Biasanya kota tepi air memiliki sejarah yang cukup tua. Selain itu potensi budaya masyarakat wilayah tepi air biasanya unik dan merupakan campuran dari berbagai jenis budaya, baik lokal maupun asing, menambah kekuatan daya Tarik pariwisatanya.

Potensi lingkungan kawasan ini juga penting, karena menjadi habitat unik bagi spesies darat dan !aut. di beberapa Kawasan bahkan menjadi tempat persinggahan kawanan burung yang bermigrasi setiap musimnya. Beberapa kondisi sedemikian uniknya, sehingga upaya perlindungan keanekaragaman hayati tak mungkin berhasil tanpa pemeliharaan kawasan tepi air. Walaupun demikian, pemanfaatan potensi wilayah tepi air perkotaan tak selalu menuntut reklamasi. Banyak cara untuk memanfaatkan potensinya secara optimal dan memecahkan berbagai permasalahan yang dipaparkan sebelumnya.

 

PRINSIP UMUM PENGEMBANGAN KOTA TEPI AIR

Tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan kota tepi air adalah mengkombinasikan dan mengintegrasikan seluruh potensi yang dimiliki agar dapat membantu memecahkan permasalahan tipikal yang dihadapi kota tepi air. Pada saat yang bersamaan, terbuka kesempatan bagi masyarakat setempat unruk mendapatkan keuntungan dari potensi serta mengembangkannya. Pendekaran yang bisa dilaksanakan adalah sebagai berikut. Pertama, persoalan yang berulang kali muncul harus diselesaikan terlebih dahulu. Persoalan tersebut bisa saja berupa persoalan fisik (tanggul, drainase, polder untuk masalah banjir), maupun persoalan sosio-ekonomi.  Kedua, peningkatan kondisi fisik dasar dengan memperbaiki prasarana. Selain itu yang lebih penting adalah peningkatan kondisi sosio-ekonomi dasar, seperti pelatihan, pendidikan, dan pekerjaan bagi masyarakat lokal. Ketiga, perbaikan kondisi keseluruhan. Dalam perbaikan ini perlu dipertimbangkan karakteristik unik kota tepi air bersangkuran serta potensi lokal regional maupun global. Pengembangannya pun harus mempertimbangkan keterkaitan hulu dan hilir dalam proses pembangunan perkotaan. Karena itu ada beberapa aspek yang penting unruk diperhatikan dalam pelaksanaan pengembangannya.

Aspek teknis ya ng perlu diperhatikan salah satunya adalah aspek lingkungan. Ekosistem harus tetap terjaga keseimbangannya dan dampak lingkungan suatu proyek harus diantisipasi. Aspek lain adalah aspek sosio-budaya, misalnya dengan merenovasi peninggalan bersejarah, membangkitkan partisipasi masyarakat dalam memelihara budaya lokal. Semenrara itu aspek ekonomi juga harus diperhatikan, misalnya dengan memperbaiki prasarana unruk meningkarkan kegiatan ekonomi dari skala lokal sampai internasional. Dari aspek rata ruang, kawasan tepi air dapat menjadi bagian dominan citra kota dan mengoptimalkan penggunaan lahan.

Oari aspek kelembagaan, perencana bisa menetapkan mekanisme pengelolaan. Ini termasuk kemungkinan kerja sama antara pemerinrah-swasra dan parrisipasi masyarakar. Selain itu mekanisme dalam menyusun kebijakan, peraturan, insentif dan sanksi perlu ditetapkan. Dari sisi keuangan, perlu dipertimbangkan masalah penganggaran, cara menarik investasi, serra pemanfaatan dana yang ada.

PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP PENGEMBANGAN KOTA TEPI AIR

Gelombang globalisasi takkan terelakkan lagi telah menyapu ke segala penjuru dunia. Tak terkecuali kota-kota tepi air di Indonesia. Karena itu, cara-cara tradisonal pengembangan wilayah perkotaan harus ditinggalkan. Prinsip-prinsip baru harus diterapkan dalam mengembangkan kota tepi air di Indonesia. Prinsip tersebur antara lain adalah diterapkannya perancangan kota pintar (intelligent urban design) yang menguntungkan kota terkait dan bermanfaat bagi seluruh sekror produksinya. Standar dan persyaratan dalam pembangunan kawasan tepi air juga semakin ditentukan kebutuhan bisnis dan perekonomian dunia.

 

 

Sumber: KOTA INDONESIA BERKELANJUTAN UNTUK SEMUA KOMPILASI 5 TAHUN PERJALANAN SUD-FI Oleh Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Penataan Ruang & SUD Forum Indonesia