Pertumbuhan penduduk perkotaan dalam empat dekade yang akan datang, terutama di negara-negara berkembang, akan menjadi sangat besar. Jika seorang pemimpin daerah memilih untuk tidak mengambil keputusan mengenai perkembangan perkotaan, mereka akan kehilangan kesempatan untuk tumbuh secara berkelanjutan. Tanggapan proaktif dari para pemimpin daerah akan berdampak positif pada kenyamanan dan daya saing kota dalam jangka panjang. Para pengambil keputusan yang menyiapkan rencana pertumbuhan terlebih dulu dan dengan skala yang memadai untuk menciptakan struktur ruang yang kompak serta selaras dengan karakteristik kota, akan menciptakan keuntungan sesungguhnya bagi masyarakat luas dan meminimalkan eksternalitas negatif. Dukungan bagi penggunaan lahan yang arif melalui kebijakan kepadatan akan membuat tujuan pengembangan kota bertahan lama.
Mengambil keuntungan terhadap pola penggunaan campuran dan
kompak
Tugas-tugas
penting dalam menghubungkan visi dan struktur spasial:
1
. Memimpin dan memfasilitasi proses perumusan visi yang strategis;
2.
Melibatkan semua pemangku kepentingan;
3.
Memberikan data tentang aset ruang (lingkungan, topografi, infrastruktur, dll)
untuk menemukenali visi;
4.
Mendokumentasikan visi strategis yang dipilih;
5.
Menyetujui tujuan-tujuan strategis yang ingin dicapai setiap tahun;
6.
Mengembangkan kerangka pembangunan perkotaan dan anggaran untuk mewujudkan
visi;
7.
Mengalokasikan sumber daya melalui anggaran tahunan pemerintah daerah;
8.
Mencari komitmen para pemangku kepentingan untuk mengembangkan rencana mereka
sendiri dalam rangka perwujudan visi kota;
9.
Menetapkan indikator kinerja mana yang perlu diukur; dan
10.
Melaporkan kembali ke Masyarakat
Membentuk sebuah visi kolektif
Visi
strategik tentang bentuk kota masa depan. Banyak permasalahan yang menimpa kota
berasal dari tidak adanya perencanaan strategik yang komprehensif sebelum
membuat keputusan tentang tata ruang. Perencanaan spasial akan diperkuat jika
dikaitkan dengan visi masa depan yang holistik dan terlegitimasi secara
kolektif. Visi yang baik memiliki dimensi keruangan yang mencerminkan kekhasan
kebudayaan dan lingkungan fisik kota; memberikan arah untuk kegiatan semua para
pemangku kepentingan, mendorong mereka untuk bekerja secara terpadu dan
memastikan semua orang bekerja menuju tujuan yang sama.
Membuat keputusan berbasis informasi tentang struktur
spasial yang dipilih
lntensifikasi,
Ekstensi, Multiplikasi: tiga opsi kebijakan untuk mengakomodasi pertumbuhan.
Untuk mengakomodasi pertumbuhan penduduk perkotaan, kota-kota dapat
meningkatkan daya dukung mereka saat ini dengan memperluas batas-batas mereka,
menciptakan sistem tata ruang dengan banyak pusat kota baru, atau dapat
menggunakan kombinasi semua pendekatan ini. Setiap pilihan adalah berbeda untuk
masing-masing konteks dan akan ditentukan oleh proyeksi pertumbuhan penduduk,
ketersediaan lahan, karakteristik topografi, aspek budaya, dan kemampuan kota
untuk melaksanakan, termasuk investasi dan kapasitas penegakan hukum.
Mengintensifkan kepadatan kawasan terbangun, melalui
pengembangan yang mengisi ruang kosong (infill development) dan penetapan batas
pertumbuhan, dimana pertumbuhan kota tersebut perlu dipindahkan keluar dengan
selang waktu yang teratur untuk mencegah kekurangan lahan. Mengintensifkan
kepadatan mencakup regenerasi properti kota dan menggantikan bangunan yang ada
dengan yang baru yang menampung lebih banyak orang. Konsolidasi kawasan
terbangun membutuhkan peraturan untuk melestarikan 'zona tanpa pembangunan' dan
untuk mengendalikan kecenderungan penurunan kepadatan (dari orang dan
bangunan)S. Pendekatan ini mungkin cukup memadai untuk kota dengan kemampuan
penegakan yang kuat dan di mana pertumbuhan penduduk relatif stabil. Contohnya
adalah Batasan Pertumbuhan Perkotaan Portland di Amerika Serikat.
Memperluas kota ke kawasan pinggiran terbangun. Kota-kota
yang tumbuh lebih dari 1-2 persen per tahun perlu memastikan adanya lahan yang
cukup untuk menampung orang-orang dan untuk luasan setidaknya dua kali dari
ukuran lahan yang ada. Perluasan kota hendaknya dalam batas kemampuan, yang
berkaitan dengan keterpaduan sistem infrastruktur dan transportasinya. Area
yang diperluas hendaknya menyediakan layanan perkotaan yangmampumelayani warga
yang tinggal di daerah yang diganti peruntukannya dan yang tinggal di area
perluasan itu sendiri. Perencanaan perluasan membutuhkan visi dan komitmen.
Rencana Komisioner New York Manhattan tahun 1811 di Amerika Serikat adalah
salah satu rencana perluasan kota dengan visi yangjauh ke depan.
Melipatgandakan pusat-pusat kota dengan membangun kota
satelit yang mungkin berhubungan dengan massa perkotaan yang ada sekarang. Meskipun
secara fisik terpisah dan memiliki administrasi yang mandiri , secara ekonomi
dan sosial, kota-kota satelit akan terkoordinasi oleh kota induknya untuk
memanfaatkan sinergi dan skala ekonomi. Kotakota satelit berbeda dari pinggiran
kota dimana mereka memiliki sumber pekerjaan dan jasa dari mereka sendiri, yang
juga akan mencegah mereka menjadi kota dormitori semata. Pilihan ini cocok
untuk kota-kota besar yang berkembang pesat. Rencana Komprehensif Shanghai
1999-2020 di Cina memiliki sembilan satelit kota yang menyerap pendatang yang
bermigrasi dari daerah pedesaan.
Meningkatkan penggunaan lahan campuran
Penggunaan lahan tungga ldapat menginduksi fragmentasi
sosial.
Memisahkan penggunaan lahan yang tidak cocok, seperti industri polutif dan
perumahan, adalah keputusan yang rasional. Pada awal abad kedua puluh, penataan
kota modern telah mempromosikan penggunaan monofungsional yang memisahkan
perumahan dari tempat kerja serta peruntukan komersial dan sosial. Zona
pemukiman juga dirancang untuk kelompok yang berpendapatan homogen. Sisi
negatif dari kebijakan ini adalah hilangnya akses kepada fasilitas perkotaan
bagi kelompok berpenghasilan rendah dan latar belakang etnis yang berbeda,
sehingga mengurangi kesempatan untuk adanya interaksi masyarakat dan kohesi
sosial. Jenis rancangan ini dapat menimbulkan beban ekonomi karena menghalangi
sinergi dan stimulasi yang saling menguntungkan antar kegiatan produktif.
Penggunaan lahan tunggal dengan kepadatan penduduk yang rendah mendorong
mobilitas individual dan mengurangi tingkat pemakaian angkutan umum, dan
selanjutnya memperkuat terjadinya eksklusi bagi kelompok yang kurang beruntung.
Memperkenankan beberapa penggunaan lahan sekaligus di
sebuah tempat bersama membawa banyak manfaat. Penggunaan lahan
campuran (mixed use) bukanlah pendekatan baru. lni adalah alasan utama (raison
d'etre) terjadinya aglomerasi perkotaan dan merupakan norma pengembangan kota
sebelum penemuan mobil, sebelum berkembangnya praktik perencanaan modern. lstilah
penggunaan campuran (mixed-use) umumnya menyiratkan pemakaian bersama tiga atau
lebih penggunaan yang menghasilkan pendapatan secara signifikan. Menghilangkan
batasan-batasan zonasi untuk mencampur penggunaan lahan yang cocok dapat
menghasilkan manfaat sebagai berikut:
•
Manfaat sosial, meningkatkan aksesibilitas ke pelayanan-pelayanan dan fasilitas
perkotaan untuk segmen masyarakat yang lebih luas, dan memperluas pilihan
perumahan untuk jenis rumah tangga yang beragam. Hal ini memperkuat rasa
keamanan kawasan dengan menambah jumlah orang di jalan.
•
Manfaat ekonomi, meningkatkan potensi transaksi bisnis dan perdagangan sebagai
lokasi kegiatan bersama yang menarik lebih banyak pelanggan potensial selama
jam sibuk dalam sehari. Hal ini tercermin dari peningkatan pendapatan dari
pajak bisnis. Penggunaan komersial di dekat wilayah pemukiman memiliki nilai
properti yang lebih tinggi. Hal ini membantu meningkatkan pendapatan pajak
daerah.
•
Manfaat infrastruktur, mengurangi permintaan keseluruhan untuk perjalanan para
penglaju, memperpendek waktu perjalanan rata-rata, dan sekaligus mengurangi
penggunaan mobil. Sebagai tambahan untuk meminimalisasi kebutuhan infrastuktur
jalan dan mengurangi alokasi lahan untuk parkir, penggunaan lahan campuran juga
menyediakan dasar yang lebih kuat untuk pemakaian transportasi umum serta
berjalan kaki dan bersepeda.
Untuk mendukung kota kompak, setidaknya 40 persen dari luas
lantai harus dialokasikan untuk fungsi ekonomi
Zonasi fungsi tunggal harus dikurangi tidak lebih dari
10-15 persen dari /ahan keseluruhan
Rencana untuk pola ruang kota kompak
Pola ruang dapat didefinisikan sebagai kepadatan dan
kebijakan penggunaan lahan. Kombinasi atribut-atribut ini dapat
menjelaskan tiga pola spasial utama dan beberapa pola lainnya yang merupakan
hasil kombinasi dari kedua pola tersebut. Pola terpencar umumnya adalah
densitas rendah dengan penggunaan lahan tunggal; pola terfragmentasi disusun
dari mozaik kawasan terbangun dengan fungsi tunggal yang diantaranya terdapat
daerah tidak terpakai yang besar; pola kompak merupakan pola yang lebih padat
dan penggunaan lahan campuran. Pilihan pola ruang menentukan jumlah
ketersediaan lahan yang dibutuhkan suatu kota untuk mengakomodasi pertumbuhan,
pola terpencar jauh lebih membutuhkan lahan yang luas daripada penggunaan lahan
intensif dan kompak.
•
Pola memencar. Fungsi tunggal, pola kepadatan rendah biasanya
diidentifikasi sebagai perluasan kota yang tak terkontrol (urban sprawl) .
Sprawl dulunya merupakan pilihan lazim di negara-negara kaya lahan di masa
setelah Perang Dunia Kedua. Pola ini cenderung mengkonsumsi lahan perkapita
yang signifikan dan membangkitkan instalasi infrastruktur per kapita lebih
besar dengan ongkos pemeliharaan yang lebih mahal. Biaya yang mahaldisebabkan
karena pipa air dan saluran pembuangan dan jaringan listrik perlu diperpanjang
untuk melayani jumlah orang yang sebenarnya relatif sedikit. Layanan seperti
pengumpulan sampah, polisi dan pemadam kebakaran membutuhkan pengeluaran yang
lebih besar. Transportasi umum mungkin tidak akan berhasil; pola yang terpencar
tergantung pada transportasi individu, yang membutuhkan investasi publik dalam
hal pembangunan jalan 30 persen lebih tinggi daripada pola kompak. 12 Kemacetan
memiliki biaya produktivitas (productivity cost) yang berasal dari lebih
lamanya waktu perjalanan penglaju. Konsumsi perluasan lahan yang ekstensif
sering mengganggu habitat alam dan bahkan dapat merusak ekosistem yang
sensitif. Kebijakan fungsi tunggal dapat berujung pada fragmentasi sosial yang
terbukti terjadi di kawasan kumuh dan perumahan eksklusif (gated communities)
yang terletak berdampingan.
• Pola terfragmentasi: pola
terfragmentasi memiliki karakter daerah yang berkepadatan tinggi berfungsi
tunggal dan membentuk mozaik-mozaik jenis peggunaan lahan yang sama, serta
kawasan terbangun yang padat. Pola ini juga dicirikan dengan kompleks perumahan
berbiaya rendah di pinggiran kota, dibangun terpisah dari pusat perbelanjaan
dan komersial, pusat bisnis dan pemerintahan, kawasan industri atau tempat
rekreasi. Perumahan eksklusif (gated communitY! menambah fragmentasi. Jalan
raya yang besar adalah satu-satunya konektivitas yang layak antara kawasan
tersebut dan menghasilkan biaya mobilitas tinggi. Di negara maju, ruang celah
antar kawasan dapat dipertahankan sebagai taman dan kawasan hijau, tetapi di
negara berkembang hal ini mendorong pembangunan pemukiman informal bagi warga
yang tidak mampu menjangkau besarnya biaya perjalanan dari pinggiran ke pusat
kota. Hasilnya adalah sebuah kota terpisah, yang membatasi kelompok dengan
penghasilan yang berbeda untuk mengakses berbagai kawasannya.
• Pola kompak. Pola kompak adalah
penggunaan lahan yang intensif, dengan kepadatan sedang-tinggi, kebijakan lahan
campuran yang membentuk jejak berkesinambungan seperti halnya kawasan yang
terkonsolidasi. Pola kompak dirancang untuk meningkatkan aksesibilitas, mendorong
penggunaan infrastruktur dan pelayanan perkotaan yang lebih efisien dari segi
biaya, mengurangi erosi sumber daya alam, biaya bisnis yang lebih rendah dan
meningkatkan kesetaraan sosial. Manfaat-manfaat pola kompak termasuk:
-
Aksesibilitas yang /ebih baik, mengurangi kebutuhan perjalanan dan jarak
tempuh, dan dengan demikian mengurangi kemacetan dan polusi; mengoptimalkan
biaya transportasi barang dan meningkatkan akses ke jasa-jasa perkotaan
-
Biaya infrastruktur yang /ebih rendah dan penggunaan layanan perkotaan yang
lebih efisien, yang berarti berkurangnya pengeluaran bagi pemerintah
daerah, warga dan pengembang. Biaya instalasi dan pemeliharaan jalan, air
listrik dan jalur pembuangan air kotor per unit yang lebih rendah, karena ada
lebih banyak wajib pajak di kawasan untuk membayar utilitas tersebut. Hal ini
juga mengurangi biaya pemeliharaan, terutama untuk transportasi dan pengumpulan
sampah. 14 Pola kompak akan meningkatkan kelayakan pembangkit energi lokal dan
distribusi teknologi, termasuk smart grid dan district heating.
-
Mempertahankan sumber daya /ahan untuk pertanian, lahan hijau dan air
dan kesediaan energi sebagaimana kurangnya lahan yang perlu dibangun. Pola
kompak memungkinkan berkurangnya pengalokasian lahan yang didedikasikan untuk
parkir konvensional.
-
Biaya transaksi ekonomi yang lebih rendah , sebagaimana kedekatan
mengurangi biaya 'berperan serta' dalam transaksi-transaksi ekonomi. Sebagai
contoh, ketika pasar berada dekat dengan pelanggan, maka biaya transportasi
berkurang.
-
lntegrasi sosial/ mengarah kepada kesadaran kelompok budaya dan sosial
yang berbeda dan dengan demikian memiliki fungsi keterpaduan sosial. Di
berbagai bidang, anak-anak mendapatkan manfaat dari pendidikan multikultural,
yang dapat berujung pada peningkatan kapasitas untuk belajar bahasa dan
perspektif yang berbeda, yang semuanya merupakan ciri-ciri kunci untuk bekerja
dalam dunia global.
Menjadikan kepadatan sebagai variabel kunci
Mengantisipasi kebutuhan lahan perkotaan
Memperkirakan kebutuhan lahan yang realistis untuk periode
30-tahun.
Adalah mungkin untuk memperkirakan lahan yang diperlukan untuk mengakomodasi
pertumbuhan, tergantung pada peningkatan populasi yang diharapkan dan kepadatan
populasi yang ingin dicapai. Kebutuhan lahan termasuk daerah terbangun dan tak
terbangun, ruang terbuka dan diperkirakan untuk periode 20 sampai 30 tahun ke
depan. Misalnya, penduduk di Bamako, Mali, bertumbuh 4,45 persen per tahun ,
yang berarti bahwa saat ini 1 ,8 juta orang akan bertambah menjadi 6,3 juta
pada tahun 2030. Pada kepadatan saat ini, daerah Bamako akan meningkat 3,5 kali
dalam 30 tahun ke depan. Kawasan tak terbangun umumnya mencapai 50 sampai 40
persen dari kebutuhan kawasan terbangun.
Kebutuhan lahan tergantung pada kecenderungan kepadatan dan
pilihanpilihan yang tersedia. Memperkirakan kebutuhan lahan dilakukan
dengan menggunakan kepadatan rata-rata dikombinasikan dengan kecenderungan
jumlah penduduk dan perumahan (hunian yang lebih besar dan keluarga yang lebih
kecil adalah kecenderungan umum). Pada contoh yang disajikan (di halaman
berikutnya), Kota Kisumu memiliki kepadatan penduduk 45 orang per hektar (mirip
dengan Los Angeles, meskipun mengingat bahwa orang tinggal di tempat tinggal
yang jauh lebih kecil, ini didapat dengan luas lantai yang lebih sedikit).
Adalah mungkin untuk menghitung jumlah luas lantai hunian yang diperlukan
dengan memperhitungkan laju pertumbuhan penduduk, ukuran rata-rata sebuah
keluarga, dan ukuran rata-rata hunian yang diinginkan. Perhitungan luas lantai
yang dibutuhkan untuk kegiatan lain (ekonomi dan jasa, yang dapat mewakili 40
persen dari total luas lantai) menghasilkan total luas lantai yang dibutuhkan.
Memperluas batas perkotaan adalah langkah kunci dalam
mengelola pertumbuhan perkotaan masa depan. Mempersiapkan
pertumbuhan juga berarti mengidentifikasi kawasan-kawasan untuk mengarahkan
majunya pertumbuhan kota dan memastikannya menjauh dari kawasan yang rentan dan
situs warisan alam. Perluasan kawasan harus dekat dengan kawasan yang telah
maju dan infrastruktur yang ada. Menetapkan batas-batas wilayah perkotaan yang
baru dan elemen-elemen utamanya (grid jalan dan lokasi infrastruktur dasar)
akan membantu untuk mengarahkan berbagai pengembangan baru begitu pula dengan
investasi. Penataan kawasan dengan mengidentifikasi jaringan utama juga penting
untuk pengembangan yang efisien. Batasbatas kota harus cukup fleksibel untuk
diperluas jika diperlukan dan kawasan tersebut cukup besar untuk menghindari
kendala lahan.
Setelah kota mencapai populasi tertentu dan ukuran ruang,
manfaat-manfaat aglomerasi dapat menurun. Hubungan antara
pendapatan dan ukuran kota menjadi negatif setelah ambang populasi mencapai
sekitar tujuh juta orang. 17 Hal ini karena ketidakekonomisan skala , seperti
perluasan yang berlebihan dan kemacetan, lebih besar daripada keuntungan
aglomerasi. Studi menunjukkan bahwa tingkat toleransi seseorang untuk bepergian
adalah sekitar satu jam per hari. Toleransi "perjalanan waktu" ini
dikalikan dengan kecepatan moda transportasi biasa digunakan dalam menentukan
sebuah ukuran spasial yang efisien. 18 lni mungkin menjelaskan mengapa ukuran
kota tetap selebar 'satu jam', dan mengapa kota dapat menjadi disfungsional
jika melampaui ukuran tertentu. Kota dengan kepadatan tinggi akan dapat tumbuh
dengan populasi yang tapi kota berkepadatan rendah akan mencapai ambang mereka
lebih cepat.
Kepadatan adalah kekhasan kota. Faktor budaya dan gaya
hidup memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pola kepadatan yang dapat
diterima. Apa yang dianggap kepadatan tinggi dalam satu budaya mungkin rendah
bagi orang lain. Kebijakan perencanaan tata ruang, seperti berapa banyak lahan
yang dialokasikan untuk fungsi non-perumahan dan ruang terbuka, ukuran plot,
jenis bangunan dan jumlah anggota rumah tangga, semua menentukan kepadatan.
Data rinci - pada skala lingkungan - akan membantu menentukan parameter
kepadatan yang dapat mengakomodasi pertumbuhan dan sesuai untuk budaya setempat
dan efektifitas biaya.
Sumber: Penataan Kota Bagi Para Pemimpin Daerah Oleh UN HABITAT FOR A BETIER URBAN FUTURE Penerbit Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat ~ Badan
Pengembangan lnfrastruktur W1layah Tahun 2016