Salah satu tujuan utama penataan kota dari pendekatan urban landscape
adalah bagaimana kota dapat ditata dengan memberikan keindahan dan kenyamanan
yang optimal bagi penduduk dan penghuni kota tersebut. Keindahan kota tidak
hanya terwujud dari tersedianya hutan kota dan taman kota yang bisa memberikan
suasana alami pada kawasan yang didominasi manmade landscape, tetapi juga harus
dapat diwujudkan pada Kawasan yang bisa dikembangkan untuk green infrastructure
kota, seperti pada kawasan sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) maupun sepanjang
jalur rransportasi, baik jalur kereta api maupun jalur kendaraan. Pada jalur
transportasi kendaraan umum, secara khusus kita mengenal jalur pejalan kaki. Di
jalur ini penghuni kota memanfaarkan jalur pejalan kaki arau pedestrian sebagai
bagian yang sangat vital dalam kehidupan sehari-hari masyarakat urban.
Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata pedos (berarti 'kaki'), sehingga pedestrian dapat
diartikan sebagai 'orang yang berjalan kaki' di atas jalan setapak. Jalan
setapak sendiri berarti media diatas bumi yang memudahkan manusia untuk 'berjalan'.
Dengan demikian dapat didefinisikan pedestrian adalah 'orang yang berjalan di
jalan yang memberikan ruang bagi pergerakan manusia dari satu ritik ke titik
lainnya dengan menggunakan moda jalan kaki'.
Berjalan kaki sendiri merupakan alar penghubung antara moda-moda
transportasi yang lain, seperti pentingnya moda berjalan kaki untuk berpindah
dari moda transportasi kereta menuju moda transportasi busway. Di samping itu
berjalan kaki juga merupakan sarana transportasi yang menghubungkan satu kawasan
dengan kawasan lainnya, seperti pada kawasan perdagangan, kawasan pemukiman dan
kawasan budaya. Dilihat dari kecepatannya, moda berjalan kaki memiliki
kecepatan yang rendah sehingga pejalan kaki dapat mengamati lingkungan sekitar secara
detil.
Pedestrian sendiri dalam arti luas memiliki definisi yang
heragam. Tulisan ini menyoroti kawasan pedestrian dengan perkerasan yang
terletak pada kanan-kiri fasilitas jalan kendaraan bermotor, atau lebih dikenal
dengan istilah trotoirlsidewalk. Dalam konteks urban environment, kondisi
pedestrian menjadi isu yang cukup penting dalam percepatan perwujudan kota
hijau. Kawasan pedestrian sangat berperan dalam membentuk koridor hijau di
kota. Pada penataan streetscape, keterhubungan antara fasilitas jalan dan pedestrian
merupakan hal yang tak terpisahkan dan harus dikembangkan dengan pendekatan
urban ecology. Dengan demikian saran ini juga dapat menjadi solusi isu besar
tentang pemanasan global dan perubahan iklim.
Moda transportasi jalan merupakan sebuah kawasan yang sangat
berpengaruh pada pemanasan global, karena emisi kendaraan menjadi salah satu
sumber penyebab utama. Keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) sepanjang jalan dan
pedestrian dapat diarahkan bagi upaya untuk mengendalikan polusi udara yang
berlebihan melalui penanaman spesies pepohonan yang tepat. Selain sebagai
pembatas antara moda kendaraan dan moda pedestrian, RTH ini juga dapat menjadi
pembatas yang melindungi pej alan kaki dari kemungkinan bahaya kendaraan
bermotor. Sel ain itu, RTH ini juga dapat meningkatkan kenyamanan pejalan kaki
dalam menikmati kawasan pedestrian dengan efek reduksi panas dan radiasi matahari
melalui tajuk-tajuk pohon yang menaunginya.
PEDESTRIAN Dl KOTA-KOTA INDONESIA
Di Indonesia, perhatian dari instansi yang berwenang maupun dari
penduduk sendiri terhadap konsep pedestrian yang aman dan nyaman bagi penduduk
kota masih sangat rendah. Kepedulian para pemangku kepentingan terhadap
pentingnya menata dan memanfaatkan pedestrian yang manusiawi masih sangat
lemah. Kenikmatan berjalan kaki masih belum menjadi kebutuhan penduduk kota itu
sendiri. lni terbukti dari kurangnya partisipasi penduduk menjaga dan
memelihara kawasan pedestrian di sekitar rumahnya. Kondisi udara tropis yang
secara alamiah panas dan udara perkotaan yang pengap akibat polusi asap
kendaraan di jalan, memberikan suasana yang sangat tidak nyaman bagi pengguna
pedestrian, bahkan menjadi mimpi buruk bagi warga kota itu sendiri.
Keberadaan PKL di kawasan pedestrian juga menjadi salah satu
hal yang meresahkan pejalan kaki perkotaan Indonesia. Berbagai pedagang yang
menjajakan jualan menghalangi kenyamanan pengguna pedestrian untuk bisa
berjalan menuju tujuannya. Di samping itu PKL menambah panas dan pengapnya area
jika pedestrian digunakan untuk memasak makanan jualannya. Dampak pemanfaatakn
kawasan pedestrian umuk aktivitas PKL juga menambah daftar kekumuhan yang
menimbulkan bau tak sedap pada jalan setapak serta menciptakan pemandangan yang
kurang layak.
Bahkan pada sebagian sudut kota, pedestrian dimanfaatkan
sebagai tempat bermalam kelompok masyarakat marjinal di perkotaan. Keadaan ini
menimbulkan suasana yang sangat tidak aman dan tidak nyaman bagi penduduk kota,
bahkan memberikan kesan yang tidak manusiawi bagi penghuni kota. Catatan buruk
mengenai pedestrian berrambah ketika Sebagian besar pengguna motor roda dua
memanfaatkan pedestrian untuk menghindari kemacetan yang semakin menggila di
kota-kota besar di Indonesia.
Lebih ironis lagi ketika sebagian besar dari moda
transportasi kita tidak menyediakan pedestrian menjadi bagian dari system transporrasi,
sehingga keamanan pejalan kaki menjadi hal yang sangat terabaikan. Buruknya
sistem draenase di jalan, mengakibatkan kualitas tapak yang rendah di
pededestrian.
MENUJU PEDESTRIAN YANG IDEAL
Berbagai upaya harus dilakukan agar pedestrian yang aman dan
nyaman bagi penduduk kota segera terwujud. Ketersediaan pedestrian yang baik
diiringi dengan penyediaan moda transportasi umum yang nyaman, akan mengurangi
penggunaan kendaraan pribadi. Dengan demikian secara berrahap perwujudan kota
hijau menjadi kenyataan dari berbagai sekror, termasuk dari aspek penyediaan
pedestrian yang nyaman.
Di beberapa kota negara lain yang tertata baik seperti Tokyo,
Osaka, Berlin, Taipei, dan Singapura, pedestrian tidak hanya disediakan bagi
pengguna jalan kaki, tetapi juga bagi pengguna sepeda sebagai moda transportasi
yang hemat energi. Di negara maju, pedestrian juga ditata dengan memperhatikan
berbagai signage bagi penduduk difabel
seperri penyandang tunanetra maupun pengguna kursi roda. Perancangan
menggunakan dinamika tekstur jalan setapak, hingga disain bentuk dan warnanya memberikan
kenyamanan bagi pejalan kaki yang memiliki keterbatasan tersebut.
Banyak pelajaran menarik yang bisa dipetik dari penataan pedestrian
yang sangat baik di kota-kota tersebut. Di anraranya adalah perencanaan
pedestrian yang memperhatikan kenyamanan pejalan kaki dengan perbedaan umur.
Perencanaan streetscape dilakukan dengan sangat seksama, sehingga kelelahan
pengguna jalan menjadi pertimbangan dalam meletakkan bangku-bangku dengan
disain unik pada jalur pedestrian. Peletakan bangku di kawasan pedestrian untuk
pejalan kaki manula diletakkan dengan rentang jarak yang berbeda dengan peletakan
bangku untuk balita di kawasan yang sama. Jarak peletakan bangku untuk manula
di rancang lebih berdekatan dibandingkan dengan jarak bangku unruk usia
remaja/dewasa dan balita. Ukuran bangku pun menjadi perhatian perancang pedestrian.
Pengalaman ini memberikan ilustrasi betapa kenyamanan penduduk. kota sebagai
pengguna utama pedestrian harus menjadi perhatian utama dalam merancang kawasan
perkotaan, khususnyakawasan pedestrian.
Keamanan pejalan kaki di kawasan pedestrian juga menjadi hal
yang sangat penting, baik keamanan dari aspek kejahatan maupun dari aspek
kesehatan. Unruk mencegah tindak kejahatan pada pengguna pejalan kaki di malam
hari, maka Kawasan pedestrian harus dilengkapi dengan pencahayaan yang memadai.
Pencahayaan ini juga menjadi sarana mempercantik kota di malam hari.
Semenrara iru untuk mengatasi masalah kesehatan, antara jalur
pejalan kaki dan kendaraan mobil perlu diberi penghalang dengan koridor hijau
yang dapat mereduksi polusi kendaraan. Selain pepohonan yang dapat mereduksi
Pb, SOx dan NOx, maka komposisi shrubs dan ground cover juga dapat menambah
keindahan kota pada kawasan streetscape.
Saar ini, rata-rata perkotaan di Indonesia belum memperhatikan
pedestrian sebagai unsur penting dalam menciptakan kota yang manusiawi.
Pedestrian adalah aspek penting untuk menciptakan active city, dimana
penduduknya aktif secara fisik dalam berkegiatan. Karena itu, sudah saatnya
pedestrian menjadi salah satu prioritas perencanaan perkotaan Indonesia.
Sumber: Oleh Alinda Medrial Zain dalam KOTA INDONESIA BERKELANJUTAN
UNTUK SEMUA penerbit Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Penataan
Ruang