Tampilkan postingan dengan label Desa Wisata. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Desa Wisata. Tampilkan semua postingan

Jumat, 15 Mei 2020

Desa Wisata dan Wisata Alam Buatan


a. Desa Wisata

PEMBANGUNAN yang baik adalah pembangunan yang mengikutsertakan masyarakatnya dalam pembangunan itu, sehingga masyarakat paham yang sedang dan akan dilakukan pemerintahannya untuk mereka. Untuk itu pembangunan kesehatan di Indonesia yang digagas oleh Kementerian Kesehatan RI berupaya mengikutsertakan masyarakat dalam membangun kesehatannya. Salah satu cara yang ditempuh adalah menggagas perlunya menghadirkan sebuah komunitas yang disebut ‘desa siaga’.
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawat daruratan kesehatan secara mandiri. Sebuah Desa dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) (Maing, dkk. 2013). Artinya desa ini diharapkan siaga untuk menghadapi masalah kesehatan, masalah bencana, dan masalah kegawatdaruratan.
Hal lain yang dilakukan pemerintah lagi yaitu pembentukan ‘kader sehat’ agar kesehatan masyarakat semakin terjangkau penanganannya. Kader sehat ini tentu akan mendapatkan pelatihan pelatihan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kesehatan sehingga nantinya kader ini bisa menjembatani masalah-masalah kesehatan di daerahnya dan mampu memberikan solusinya. Ini usaha-usaha dari pemerintah agar pemeliharaan kesehatan masyarakat itu dapat tertangani dengan baik.
Bagaimana dengan penanganan pariwisata di suatu daerah? Membangun dan mengembangkan pariwisata di suatu daerah tentu didasarkan pada kecerdasan seorang ‘pemimpin’ untuk melihat kondisi daerahnya. Kalau sumber daya alam daerahnya terbatas bahkan banyak mendatangkan 9 bahan pokok kebutuhan masyarakatnya dari luar daerah, sebaiknya meliriklah sektor lain yang bisa dijadikan lokomotif pembangunan di daerahnya. Apa sektor pembangunan yang bisa ditangani itu? Jawabnya adalah ‘Sektor Pariwisata’.
Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata (kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang) dan didukung berbagai fasilitas serta pelayanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Jadi pembangunan sektor ini bisa dijadikan sebuah inspirasi untuk menghidupkan kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang telah berjalan selama ini. Contoh adat istiadat yang dijalankan masyarakat setempat selama ini, tarian-tarian (budaya) yang selalu hidup ditengah-tengah masyarakat, kebiasaan masyarakat memenuhi kebutuhannya, alam yang memberikan pemandangan yang indah, laut yang memberikan pesona bagi setiap orang yang melihatnya atau warisan budaya (seperti Keraton di Jogja), dan sebagainya.
Menghidupkan budaya serta menyajikan alam dan laut yang indah bagi orang lain (wisatawan), merupakan kejelian dan kecerdasan seorang pemimpin daerah. Masyarakatnya bangga karena pemimpin menghargai budaya/kebiasaan masyarakat setempat sekaligus masyarakat mendapatkan tambahan pendapatan dari pelestarian budaya/kebiasaan itu. Pemerintah akan mendapatkan penghargaan dari masyarakatnya berkenaan dengan perhatian yang diberikan seorang pemimpin untuk melestarikan budaya/kebiasaan mereka melalui program pariwisata sekaligus pemerintah mendapatkan tambahan pendapatan asli daerah (PAD) dari pajak dan retribusi masuk wilayah objek dan daya tarik wisata. Ini namanya win-win solution.
Nah, bagaimana menghidupkan budaya/kebiasaan masyarakat untuk mendukung kepariwisataan daerah? Tentu dengan berbagai cara, salah satunya yaitu mengadakan lomba antar desa, antar kecamatan, dan antar kabupaten/kota sehingga masyarakat merasa bangga dan ikut terlibat dalam pembangunan dan pengembangan pariwisata di daerahnya. Keikutsertaan masyarakat dalam membangun dan mengembangkan pariwisata daerah akan semakin terlibat, apabila pemerintah semakin meningkatkan perhatiannya pada masyarakat (desa) yang berada di sekitar objek dan daya Tarik wisata. Bagaimana cara menunjukkan perhatian pemerintah pada desa di sekitar lokasi objek dan daya tarik wisata?
Caranya adalah menggagas sebuah desa di daerah itu menjadi sebuah ‘desa wisata’. Masyarakat yang hidup di desa sekitar objek wisata diarahkan sebagai desa yang mau menerima pendatang (wisatawan) di daerahnya, mau menjaga keamanan dan kebersihan, mau berusaha memenuhi kebutuhan wisatawan seperti penyediaan warung makan yang menjual makanan khas daerahnya, penyediaan warung souvenir, tersedianya area parkir, tersedianya tempat rekreasi bagi seseorang dan keluarga, penyewaan tikar dan pemenuhan kebutuhan wisatawan lainnya.
Desa wisata merupakan kelompok masyarakat yang perlu dibina pemerintah agar mereka sadar wisata. Desa wisata yang dibina itu adalah masyarakat yang berada di sekitar lokasi wisata (objek wisata). Desa wisata ini hendaknya merupakan sebuah kawasan pedesaan yang memiliki beberapa karakteristik khusus untuk menjadi daerah tujuan wisata. Karakteristik desa wisata itu seperti penduduknya masih memiliki tradisi dan budaya yang relatif masih asli. Selain itu, beberapa faktor pendukung seperti makanan khas, sistem pertanian dan sistem sosial turut mewarnai sebuah kawasan desa wisata.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas masyarakat yang dibina itu didorong untuk turut aktif dalam kegiatan kepariwisataan, seperti terlibat dalam industri wisata dan penyediaan jasa wisata. Masyarakat didorong untuk berupaya mengetahui selera wisatawan yang terus menerus berubah dari waktu ke waktu, sehingga masyarakat (desa wisata) mampu menyuguhkan tawaran wisata yang menarik untuk dikunjungi. Tanpa didukung kelompok masyarakat sadar wisata sepertinya sulit untuk mengembangkan sektor pariwisata. Selain itu, pengembangan sumber daya manusia yang ada di desa wisata itu perlu dilakukan seperti pembentukan kader-kader wisata. Kader wisata dilatih untuk mampu mengelola dan meningkatkan sadar wisata di kawasan desa wisata.
Menurut Nuryanti (1993), desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. Terdapat dua konsep yang utama dalam komponen desa wisata : 1. Akomodasi, sebagian dari tempat tinggal para penduduk setempat dan atau unit-unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk; dan 2. Atraksi, seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat beserta setting fisik lokasi desa yang memungkinkan berintegrasinya wisatawan sebagai partisipasi aktif seperti kursus tari, kursus kerajinan khas daerah, bahasa dan lain-lain yang spesifik.
Fasilitas lain yang masih sangat diperlukan dalam kawasan desa wisata antara lain adalah sarana transportasi, telekomunikasi (desa digital), kesehatan, dan juga akomodasi. Khusus untuk sarana akomodasi, desa wisata bisa juga menyediakan sarana penginapan berupa pondok-pondok wisata (home stay) yang nyaman dan bersih, sehingga para pengunjung pun turut merasakan suasana pedesaan yang masih asli. Artinya wisatawan tinggal dalam atau dekat dengan suasana tradisional, atau mereka belajar tentang kehidupan pedesaan dan lingkungan setempat.
Penetapan dan pengembangan desa wisata harus direncanakan secara hati-hati agar dampak yang timbul dapat dikontrol. Di dalam perencanaannya perlu dilakukan identifikasi secara menyeluruh di masing-masing Kabupaten, Kota, dan Kecamatan mengenai desa wisata yang memiliki objek dan daya tarik wisata unggulan dan yang memiliki daya beda yang disebut diferensiasi dengan objek dan daya tari wisata yang terdapat di wilayah lain, berpotensi untuk dikembangkan, dan rintisan untuk dijadikan objek dan daya tarik wisata. Lalu desa wisata itu dikelompokkan dalam kriteria tertentu seperti desa wisata yang sudah sadar wisata, desa wisata yang agak sadar wisata, dan desa wisata yang perlu dibangun sadar wisata.
Kriteria untuk menentukan klasifikasi desa wisata bisa mempertimbangkan beberapa hal seperti kondisi objek dan daya tarik wisata tersebut, komunitas masyarakat yang menunjukkan siap berpartisipasi mendukung pariwisata, kondisi jalan menuju objek, keamanan dan kenyamanan pengunjung, kebersihan lingkungan, pemetaan fasilitas yang mendukung objek dan daya tarik wisata, ketersediaan fasilitas pendukung dalam memenuhi kebutuhan para pengunjung. Hal yang menarik pada pengelompokkan desa wisata ini sebagai upaya untuk mempercepat terbentuknya sadar wisata pada setiap desa yang berada di sekitar objek dan daya tarik wisata, dan dalam upaya untuk membuat klasifikasi program kerja pemerintah dalam membangun dan mengembangkan desa wisata di suatu wilayah.
Pada desa wisata yang sudah sadar wisata, yang memiliki objek dan daya tarik wisata yang sudah layak dijual, mungkin program kerja yang bisa dibuat antara lain berkisar mendorong masyarakat untuk terus mengembangkan usahanya pada pemenuhan berbagai kebutuhan wisatawan serta pembangunan yang meningkatkan peran masyarakat untuk turut menjaga kelestarian dan pemeliharaan objek dan daya tarik wisata. Sedang bagi desa wisata yang agak sadar wisata yang memiliki objek dan daya tarik wisata yang potensial untuk dikembangkan, mungkin memerlukan program kerja pemerintah berkaitan dengan peningkatan prasarana dan sarana wisata di kawasan objek dan daya tarik wisata, melaksanakan program lomba antar desa yang memiliki objek dan daya tarik wisata menuju objek dan daya tarik wisata yang layak dijual. Untuk desa wisata yang perlu dibangun sadar wisata, yang memiliki objek dan daya tarik wisata rintisan, tentu membutuhkan banyak program kerja dari pemerintah agar masyarakat di desa itu mau turut serta mendukung pemerintah menyediakan objek dan daya tarik wisata yang layak untuk dikunjungi para wisatawan.
Pada pembentukan desa wisata, sangat dibutuhkan kriteria yang jelas untuk bisa diklasifikasikan ke dalam desa wisata yang sudah sadar wisata, desa wisata yang agak sadar wisata dan desa wisata yang perlu dibangun sadar wisata. Apabila sudah mampu mengklasifikasikan desa wisata, maka dalam penyusunan program kerja akan mudah dibedakan antara satu desa wisata dengan desa wisata lainnya, yang disesuaikan dengan klasifikasi desa wisatanya. Khusus bagi desa wisata yang perlu dibangun sadar wisata, dan mungkin kelompok ini yang terbesar jumlahnya, diperlukan kerja keras dari Pemerintah Kabupaten/Pemerintah Kota untuk mensosialisasikan tentang pariwisata serta hal-hal apa yang dibutuhkan dari masyarakat untuk mewujudkan pariwisata yang terus berkembang di daerah kita.
Mari berpendapat sejauhmana pentingnya pembentukan desa wisata di daerah kita. Dan apa saja kriteria yang dibutuhkan untuk membuat klasifikasi desa wisata itu. Silahkan keluarkan pisau samurainya dari lubuk hati ya he he.

b. Wisata Alam Buatan

PRODUK wisata alam merupakan salah satu produk wisata terunggul. Terunggul karena kita menginjakkan kaki di bumi dan mencari nafkah dalamnya. Alam memang memberikan hasil yang terindah dalam hidup manusia . Memang, kadang manusia itu serakah, untuk mendapatkan nafkah yang melimpah, mereka dengan sukacita menggali tanah sedalam-dalamnya untuk mendapatkan emas, tembaga, timah putih, batubara, dan lain-lain. Penggalian ini tentu menimbulkan kerusakan pada alam dan lingkungannya bahkan banyak mendatangkan berbagai penyakit bagi masyarakat yang berada di sekitar lokasi penggalian itu.
Karena alam memberikan sumber makanan dan minuman bagi manusia, sebaiknya olahlah tanah itu dengan sebaik-baiknya. Seperti Pak Petani, selalu berupaya mengolah sawahnya dengan baik serta berupaya memeliharanya supaya bisa memberikan hasil panen yang berlimpah dan terus menerus.
Demikian juga bila tanah itu tidak datar tetapi berbukit-bukit, apa bisa juga diolah? Pada tanggal 25 Mei 2013 yang lalu sengaja melihat dari dekat bagaimana cara mengolah tanah yang berbukit bukit. Tadinya bukit itu hanya dihuni oleh pohon-pohon dan rumput seperti rumput gajah dan jenis rumput yang lain. Sekilas bukit itu tidak dapat diolah dan jauh dari hunian manusia. Boleh dikatakan bukit itu seperti berada beberapa kilometer dari gunung yang agak tinggi dan beberapa kilometer dari hunian masyarakat. Apabila tidak diolah sepertinya bukit itu ya hanya bertindak sebagai bukit saja, hanya dipandang sebagai perbukitan dan tidak dapat memberikan sumber rezeki baik bagi manusia (masyarakat) yang berada di sekitar bukit itu maupun pemerintah daerah yang mewilayahi perbukitan itu.
Nah, disinilah kelihatan tipe seorang pemimpin yang berjiwa wirausaha. Bukit yang tadinya hanya baik bila dilihat dari jarak jauh serta tidak memberikan hasil kepada masyarakat sekitar gunung, tetapi sekarang justru sangat bagus saat didatangi dan melihat lingkungan dari perbukitan itu. Bukit itu sekarang sudah ditata dan dikelola sebagai objek dan daya tarik wisata alam yang sangat menarik. Begitu kita masuk pada jalan yang menuju bukit nan indah itu, sepanjang perjalanan sekitar puluhan kilometer itu dengan jarak kira-kira setiap satu kilometer sudah ada warung-warung yang didirikan masyarakat sebagai tempat untuk menjual berbagai minuman terutama air kelapa muda, berbagai cemilan atau makanan ringan. Selain itu ada juga yang menjual bensin dan barang souvenir khas lokal, yang bisa dijadikan oleh-oleh para wisatawan yang mengunjungi bukit itu yang sudah berubah menjadi sebuah objek dan daya tarik wisata nan indah.
Pada saat kita mau memasuki kompleks objek dan daya tarik wisata itu, di sebelah kiri pengunjung sudah berjejer berbagai warung yang menjual makanan dan minuman. Ada juga yang menjual jasa payung yang bisa disewa para wisatawan bila cuaca terang atau panas, dan juga bila cuaca mendung atau hujan. Lalu sebelah kanan menuju bukit tersebut sudah disediakan area parkir mobil dan sepeda motor dengan berbayar.
Setelah berjalan sekitar 10 meter dan agak mendaki, para wisatawan yang mau masuk area objek dan daya tarik wisata dipersilahkan mampir dulu di loket yang sudah tersedia sebagai loket tempat penjualan karcis masuk objek dan daya tarik wisata. Di sana terlihat beberapa loket penjualan tiket sehingga wisatawan tidak membutuhkan waktu lama untuk antri beli tiket masuk.
Pada waktu wisatawan menginjakkan kaki masuk objek dan daya tarik wisata, di sebelah kiri yang merupakan puncak dari bukit yang sudah diratakan itu sudah ada bangunan. Bangunan gedung tersebut diperuntukkan untuk pemutaran filem yang ceritanya memuat cerita-cerita rakyat yang telah berkembang ditengah-tengah masyarakat yang berada di sekitar objek wisata. Cerita rakyatnya sangat menarik dan dapat menjadi informasi dan pengetahuan bagi wisatawan mengenai kebiasaan-kebiasaan yang dianut secara turun menurun oleh masyarakat setempat selama ini. Pengunjung gedung pertunjukkan pada waktu itu cukup ramai. Saking ramainya, petugas membagi pengunjung dalam beberapa gelombang disesuaikan dengan daya tampung gedung, sehingga para pengunjung dapat merasakan kenyamanan pada waktu menyaksikan pemutaran sebuah filem.
Para pengunjung gedung bioskop itu terasa sangat bahagia setelah keluar dari gedung bioskop. Mereka terlihat bercakap-cakap satu sama lain dengan mimik yang gembira. Lalu mereka melanjutkan perjalanan sekitar 50 langkah ke depan dengan berjalan menurun. Di situ tanah diratakan lagi, tetapi di bawahnya telah digali sebagai tempat toilet sebanyak 2 pintu. Karena banyak pengunjung pada waktu itu membuat pengunjung yang akan melepaskan beban ringan terpaksa antri untuk bisa menggunakan toilet tersebut. Jangan heran, bila keluar dari toilet, pengunjung pasti akan memperlihatkan dompetnya masing-masing untuk mengambil dan menyisihkan dana untuk membayar pemakaian toilet. Mungkin dana yang terkumpul itu, sebagian digunakan untuk membayar honor pembersih toilet.
Dua puluh langkah berikutnya dengan jalan menurun, tanah sudah diratakan lagi. Di situ sudah dibuat lagi sebuah tempat yang bisa digunakan untuk melihat pemandangan yang indah dengan menyewa alat keker (teropong). Di tempat itu telah siap juga beberapa juru potret yang siap untuk memotret para pengunjung yang ingin mengabadikan kenangan indah saat berwisata di bukit tersebut.
Kondisi bukit itu tidak hanya dibangun dan dipoles sampai disitu seperti yang diutarakan di atas, tetapi dibangun juga jalan menurun dengan membangun trap injakan kaki dari tanah menyerupai anak tangga yang menurun. Ada 3 trap bangunan anak tangga yang menurun menuju tempat warung kuliner. Trap anak tangga itu dibuat mengarah pada berbagai arah. Satu trap anak tangga mengarah ke arah selatan, satu trap anak tangga lagi mengarah ke timur, dan satunya lagi mengarah ke barat. Di setiap ujung trap anak tangga dibuat sebuah lokasi yang bisa digunakan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan pemotretan pemandangan yang serba hijau sesuai arah trap anak tangga. Luas lokasi yang terletak di ujung trap anak tangga itu sekitar 2x2 meter.
Bagi wisatawan yang sudah menuruni trap anak tangga terakhir, yang mengarah ke barat lalu menjumpai warung kuliner pertama. Dan apabila menelusuri tempat warung kuliner itu bisa mulai dari arah barat ke timur, jumlahnya kurang lebih sekitar 30 warung kuliner. Warung ini menempati sebuah lereng sehingga tampaknya seperti warung yang digantung. Di bagian depan warung merupakan tempat diletakkannya berbagai macam bahan makan dan minum, dan jalan masuk warung menuju tempat duduk wisatawan dalam posisi lesehan. Wisatawan yang sudah masuk warung kuliner tersebut bisa memesan jagung bakar dan aneka makanan dan minuman sesuai yang diinginkan.
Ternyata di warung kuliner inilah para wisatawan bisa berlama-lama di situ sambil melihat dan menikmati pemandangan nan jauh pada sisi lereng bukit tersebut. Wisatawan bisa juga memotret pemandangan di sekitar warung kuliner serta bisa juga berfoto ria di situ. Sungguh indah dan menyenangkan kondisi warung kuliner di bukit itu. Bila dihayati maka bisa memberikan kesukacitaan bagi siapa saja yang berkunjung di bukit yang sudah ditata dan dikelola itu.
Manusia yang sudah bekerja keras selama hari senin sampai jumat atau hari sabtu, tentu sangat membutuhkan suatu keseimbangan dalam olah mata dan olah pikiran. Manusia butuh sebuah tempat rekreasi yang bisa dikunjungi sekeluarga sekaligus mempererat hubungan antar suami isteri dan anak-anak. Barangkali selama seminggu sudah sibuk sendiri-sendiri, ayah sibuk bekerja di kantor, ibu sibuk menyiapkan aneka ragam makanan dan minuman sehari-hari bagi keluarga, sedang anak-anak sudah sibuk bersekolah dan mengerjakan berbagai pekerjaan rumah (PR) dari Guru di sekolahnya. Kalau demikian keadaan dalam keluarga sehari-hari, maka sudah sewajarnya keluarga tersebut perlu mencari dan mengunjungi tempat rekreasi khususnya objek dan daya tarik wisata alam seperti melakukan perjalanan di bukit yang telah ditata dan dikelola itu.
Mewujudkan tempat rekreasi bagi keluarga seperti bukit tadi membutuhkan tangan-tangan dingin serta jiwa wirausaha dari sumber daya manusia yang bekerja di pemerintahan daerah, terutama pemimpinnya. Membutuhkan jiwa seni dan desain yang menarik serta berwawasan luas. Sehingga dengan kondisi seperti itu akan mampu membuat sebuah bukit yang tadinya kurang bermanfaat menjadi sebuah tempat rekreasi yang banyak memberikan manfaat bagi setiap pengunjung pada objek dan daya tarik wisata alam buatan tersebut.
Semoga laporan reportase ini, para penikmat dapat menggambarkan dalam alam pikiran masing-masing mengenai bentuk gambaran dari objek dan daya tarik wisata alam ini. Kalaupun belum bisa menangkap gambaran objek dan daya tarik wisata alam ini, bisa saja mencoba menggoreskan pensil gambar di atas kertas putih yang sudah disiapkan. Hasil dari corat-coret Anda ini akan memberikan sebuah gambar objek dan daya tarik wisata yang menakjubkan bila diaplikasikan pada bukit yang berlokasi di sekitar tempat tinggal kita hehe. Selamat mencoba.

Disadur dari Buku “ Inspirasi Pengembangan Pariwisata Daerah “ Oleh Drs. Manahati Zebua, M.Kes, MM, selengkapnya dapat dilihat Disini