Perencanaan Tapak
Perencanaan Tapak merupakan bagian yang penting dan menjadi awal proses
pembangunan. Pemahaman kondisi tapak mempengaruhi keputusan dalam mengembangkan
gagasan rancangan. Pengetahuan mengenai prilaku komponen komponen yang ada didalam
tapak dapat menjadi inspirasi yang cemerlang tentang alokasi dan konfigurasi
ruang, penciptaan bentuk, pemilihan material, pemilihan tanaman, bahkan
ornamentasi bangunan. Karakter tapak juga menjadi embrio “jiwa tempat” ( Spirit
Of The Place).
Tapak dapat diartikan sebagai lahan dengan luas tertentu yang dialokasikan
untuk pembangunan suatu fasilitas bagi kegiatan manusia, sedangkan Lokasi
berarti posisi relatif suatu objek terhadapa objek yang lain dalam suatu ruang
tertentu. Jadi secara sederhana arti kunci tapak adalah lahan dan arti kunci lokasi
adalah posisi.
Jadi, Tapak merupakan lahan yang dialokasikan untuk pembangunan. Di dalam
tapak terdapat komponen fisik dan non fisik. Antar komponen saling berhubungan
dalam lingkup ekosistem. Suatu tapak dapat dianggap sebagai satu unit ekosistem
tersendiri, atau hanya sebagai subsistem dari ekosistem yang lebih luas. Suatu tapak
dianggap sebagai unit ekosistem jika hal tersebut telah dapat memfasilitasi
silklus energi yang menjaga keseimbangan. Kondisi ini ditentukan oleh ragam
komponen yang ada dan keterkaitan antar komponen.
Lanskap Ekologi adalah disiplin yang dapat menjadi jembatan untuk memahami
tapak dalam konteks sistem lingkungan dengan bahasa spasial. Berdasarkan teori
disiplin ini, ragam komponen dan keterkaitan antar komponen terefleksikan dalam
tapak sebagai tatanan struktural dan tatanan lokasional.
Analisis Lahan
Salah satu tugas penting perencanaan tapak adalah mengalokasikan bagian
bagian lahan untuk berbagai kegiatan. Kegiatan yang berbeda memerlukan petak
lahan yang memiliki kualitas yang berbeda dalam hal stabilitas, daya dukung
struktural, dan peluang pengembangan konfigurasi ruang. Pengetahuan dalam
menggali masalah dan potensi lahan, terkait dengan topografi, karakter batuan,
dan sifat-sifat fisik tanah dalam kaitannya dengan tujuan pembangunan merupakan
dasar pengambilan keputusan rancangan tapak.
Topografi merupakan gambaran tiga dimensi dari permukaan bumi. Topografi dapat
di gambarkan dengan peta kontur, peta elevasi, peta kemiringan, potongan dan
gambar tiga dimensi. Dalam perencanaan Tapak, kondisi topografi berpengaruh
terhadap rencana peletakan bangunan, jalan, parkir, drainase, infrastruktur dan
utilitas lainnya, penciptaan ruang terbuka, serta rencana tata visual kawasan.
Untuk tujuan pembangunan, seringkali diperlukan penyesuaian/ pengolahan
topografi yang disebut Grading. Tindakannya lazim disebut cut and fill. Perencanaan
grading dapat dilakukan dengan bantuan peta kontur dan potongannya. Kontur yang
direncanakan digambar dengan garis penuh, sedangkan kontur eksistingnya digambarkan
dengan garis putus-putus.
Pengenalan jenis tanah dan geologi ditujukan untuk mengetahui secara cepat
potensinya terkait dengan kondisi hidrologi, stabilitas dari sifat mengembang,
kekuatan terhadap erosi, daya dukung, stabilitas untuk pondasi dan lokasi
jalan, serta stabilitas untukbahan dasar jalan. Lapisan batuan yang mendasari
tapak memiliki pengaruh terhadap rencana peletakan banggunan, perencanaan
pondasi, dan pengelolaan air dalam tapak. Karena pengaruh kondisi topografi,
posisi lapisan geologi dapat bervariasi pada bagian-bagian lahan. Untuk itu,
sebelum melakukan pembangunan, perlu menguji lapisan tanah untuk mengetahui variasi
kedalaman lapisan batuan dalam tapak. Informasi ini berperan penting dalam
memberikan pertimbangan bagi pembangunan, karena berkaitan dengan perhitungan
stabilitas, biaya konstruksi, dan penempatan ragam aktivitas.
Tanah merupakan batuan yang telah lapuk, baik oleh proes fisika, kimia
maupun biologi. Sifat dan karakter tanah ditentukan oleh iklim, organisme,
topografi, batuan induk dan waktu. Hal-hal penting terkait perihal tanah yang
perlu dipelajari dalam perencanaan tapak adalah komponen, struktur dan tekstur.
Mineral, matrial organik humus, udara, air, dan mikroorganisme merupakan
komponen penyusun tanah. Komposisi tanah dapat diungkapkan sebagai volume
fraksi dan berat (massa) fraksi.
Meneral dan material organik adalah partikel solid penyusun struktur tanah,
yang mengindikasikan kekuatan dan stabilitas, sedangkan air dan udara adalah
pengisi rongga-rongga tanah yang mengindikasikan porositas. Pembedaan material
menjali lempung, lumpur dan pasir didasarkan pada perbedaan ukuran-ukuran
butiran partikelnya yang dominan; lempung berukuran <0,002 mm; lumpur
berukuran 0,002-0,02 mm; sedangkan pasir berukuran 0,02-2 mm. Pengukuran butiran
tanah dapat dilakukan dengan cara penyaringan (untuk butiran besar) dan
pengendaapan (Untuk Butiran Kecil/ halus). Karakter tanah berdasarkan proporsi kandungan
lempung, lumpur dan pasir yang menyusunnya disebut tekstur tanah.
Tiap jenis tanah mempunyai sifat yang mempengaruhi keberadaan dan perilaku
komponen-komponen lain seperti air dan tanaman. Jenis tanah juga berpengaruh
terhadap kekuatan struktur dan responnya terhadap erosi, yang merupakan akibat
dari kepadatan jenis dan kekuatan daya ikat di dalamnnya.
Daya dukung tanah, yaitu kekuatan tanah dalam menyangga beban vertikal
tanpa ada gerakan turun (ambles), ditentukan oleh berat jenis tanah/kepadatan (
Massa per unit volume yang dinyatakan dalam satauan kg/m3). Berat jenis
juga mengindikasikan daya dukung tanah.
Porositas adalah proporsi rongga yang ada pada struktur tanah. Porositas berpengaruh
pada permeabilitas tanah. Permeabilitas mempengaruhi kadar air dalam tanah,
yaitu proporsi (persentase) air yang terkandung dalam tanah dibandingkan berat
sisi solidnya.
Sumber: Oleh Retno Widodo D. Pramono, dkk dalam Perencanaan Tapak dan
Lingkungan, penerbit Gajah Mada University Press Tahun 2021