Berikut ini adalah beberapa bagian dari buku yang ditulis oleh Prof.DR. Ir. Sutami, yang berjudul “Ilmu Wilayah Dalam Kaitannya Dengan Pembangunan Nasional” yang diterbitkan pada tahun 1980. Sengaja saya ambil beberapa bagian saja sebagai renungan dan kilas balik peranan dan kedudukan ilmu wilayah pada masa itu.
Indonesia
sedang membangun di segala bidang. Yang dimaksudkan dengan segala bidang dalam
garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu : politik, ekonomi,
sosial dan budaya. Keempatnya harus dapat berjalan selaras, walaupun masing~
masing dengan penekanan yang tidak sama. Yang jelas, pembangunan dibidang yang
satu jangan sampai merugikan pembangunan dibidang yang lain.
Pembangunan
yang dilakukan harus berintikan, pembangunan kembali (reconstruction) dan
pengembangan (development), dan meliputi keempat bidang tersebut diatas.
Kegiatan ekonomi menghasilkan economic commodity yang dapat dinilai dengan
uang, sedangkan kegiatan yang lain non-economic commodity yang tidak dapat
dinilai dengan uang. Kegiatan yang terus berkembang akan memberikan hasil yang
terus meningkat pula, baik berupa economic commodity, maupun non-economic
commodity. Dari kedua macam hasil tersebut biasanya hanya yang pertama yang
mendapat perhatian secara khusus, padahal yang kedua tidak kalah pentingnya
dari pada yang pertama.
Ada
suatu negara yang dalam waktu yang relatif sangat singkat dapat meningkatkan
income per capita menjadi lebih dari empat belas kali, namun akhir-akhir ini
mengalami pergolakan-pergolakan politik yang cukup merisaukan. Ada pula suatu
negara yang sudah termasuk negara industri yang cukup kaya (karena prestasinya
akhir-akhir ini yang mentakjubkan), tetapi tidak sedikit rakyatnya yang masih
hidup sebagai gelandangan di tengah-tengah lingkungan yang serba mewah dan
modern itu. Pendek kata menjelang akhir abad ke-20 ini banyak kejadian-kejadian
di dunia ini yang dapat kita tarik sebagai pelajaran dalam merencanakan dan
melaksanakan pembangunan di Negara kita. ltulah pula sebabnya, maka kita sampai
pada kesimpulan, bahwa keempat macam pembangunan tersebut diatas perlu
diselaraskan jalannya, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, baik
sekarang maupun dikemudian hari. Dan jauh lebih penting.
Apabila kita bicara mengenai pembangunan, maka dengan sendirinya kita
mengharapkan adanya suatu perkembangan dalam kegiatan tersebut. Hasilnyapun
diharapkan akan meningkat pula. Walaupun hasilnya bersifat kwalitatif, namun
sejauh mungkin diusahakan untuk dikwantifikasikan, agar dapat dipakai untuk
mengukur, apakah pembangunan tersebut boleh dikatakan berhasil atau tidak.
Baik
pembangunan ekon6mi yang hasilnya bersifat kwantitatif, maupun pembangunan
politik, sosial dan budaya yang hasilnya bersifat kwalitatif, perlu diikuti
dengan seksama dan dikendalikan dengan sebaik-baiknya. Bila terjadi deviasi
(penyimpangan) yang tidak dikehendaki, harus segera diambil tindakan
penyesuaian seperlunya, supaya tidak berlarut-larut. Dalam · hubungan ini kita
harus selalu berpegang pada Pancasila sebagai landasan filosofis dan
Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional.
Seperti
yang telah dikemukakan, tiap pembangunan, apakah itu pembangunan politik,
ekonomi, sosial ataupun budaya, pada dasarnya memerlukan penunjangan berupa
pembangunan fisik. Namun demikian dalam banyak hal dapat diusahakan, agar
sesuatu pembangunan fisik dapat melayani beberapa pembangunan sekaligus, jadi
bersifat seperti serbaguna. Sudah barang tentu hal ini akan menghemat biaya
investasi. Sebaliknya kalau kita melihet sesuatu masalah pembangunan kurang
komprehensif bisa terjadi apa yang disebut capital depletion.
Kebijaksanaan
merupakan sesuatu yang sangat menentukan bagi setiap pembangunan. Dan
kebijaksanaan yang baik harus sudah memperhitungkan kemungkinan pelaksanaannya.
Bahkan pad a waktu akan mu lai, sudah harus dapat membayangkan bagaimana nanti
kira-kira penyelesaiannya. Dengan demikian, maka pembangunan yang dimaksud akan
dapat dikendalikan dengan sebaik-baiknya.
Apabila
kita perhatikan tujuan dari pembangunan itu sendiri, maka dalam menggarap
perekonomian Negara, seyogyanya kita meneruskannya sampai ke
perekonomian rumah tangga. Begitu pula dalam bidang-bidang yang lain.
Apabila kita bicara mengenai : pangan, sandang dan papan, maka rumah tanggalah
yang sebenarnya menjadi obyek. Walaupun indikator ekonomi menunjukkan, bahwa
perekonomian negara mencapai k~majuan yang cukup menggembirakan, tetapi apa
yang disebut the trickling down effect ternyata tidak terjadi dengan
sendirinya. Ada hambatan atau kelambanan (traagheid) yang menyebabkan
transformasi tersebut tidak terlaksana seperti yang diharapkan. Oleh karena itu
perlu penanganan secara khusus, agar perataan yang dimaksud dapat terwujud
dengan sebaik-baiknya. Hal ini tidak terbatas pada bidang ekonomi, tetapi juga
pada bidang-bidang yang lain. Dan untuk mengukur tingkat perataan tersebut
kiranya dapat digunakan indikator sosial, yang diantaranya meliputi :
-
kesempatan kerja
-
pendapatan dan konsumsi
-
kesehatan dan gizi
-
kesempatan belajar
-
keselamatan umum dan keadilan.
Dalam
melaksanakan pembangunan fisik yang terutama kita hadapi adalah : ecosystem
sedangkan keempat pembangunan yang lain terutama menghadapi : social system Dalam
hubungan ini dapat kita katakan, bahwa yang pertama merupakan semacam alat,
sedangkan yang kedua tujuan. Namun demikian keduanya tidak dapat dipisahkan
satu sama lain, karena sifatnya yang komplementer. Adapun tujuan pembangunan
yang sedang kita laksanakan adalah : masyarakat yang adil dan makmur, material
dan spiritual. Oleh karena itu selain peradaban, juga kebudayaan perlu
mendapatkan penggarapan yang sebaik-baiknya. Semuanya telah tercakup dalam
kelima sila dari falsafah kita : Pancasila.
Mengingat
fungsinya yang hanya se~agai semacam alat, maka pembangunan fisik yang dimaksud
harus memenuhi 4 macam kriteria, yaitu
Secara
kwalitatif : desirability dan consistency
Secara
kwantitatif : feasibility dan efficiency
Mengenai
pelaksanaan pembangunannya sendiri secara fisik, perlu diperhatikan dengan
sungguh-sungguh :
-
mutu pekerjaan
-
biaya yang diperlukan
-
waktu penyelesaiannya
Disini
banyak masalah-masalah teknik dan administrasi yang perlu diselesaikan, .agar
pekerjaan dapat berjalan dengan lancar.
Apabila
perangkat tersehut diatas telah selesai digarap, maka barulah dimulai dengan
kegiatan pembangunan yang sebenarnya, yang berbeda dengan pembangunan fisik,
terdiri dari 4 macam, yaitu : politik, ekonomi, sosial dan budaya. Dalam hal
ini kita lebih banyak menghadapi social system, daripada ecosystem. Banyak
masalahmasalah teknologis dan institusionil akan menonjol dan secara sistimatis
harus dapat dipecahkan dengan sebaik-baiknya. Tujuan dari pembangunan itu
seridiri harus senantiasa melandasi sasaran-sasaran yang ditetapkan. Apa yang
disebut planning cycle harus dapat berjalan dengan baik. Akhirnya perlu
diciptakan cara-cara tertentu untuk mengukur, apakah sesuatu pembangunan itu
dapat dikatakan berhasil atau tidak.
Hasil
kegiatan ekonomi, baik yang berupa jasa, maupun barang, dapat dinilai dengan
uang. Dan dengan menghitung hasil tiap tahunnya, bisa ditentukan besarnya :
- gross domestic product
-income
per capita
-
rate of economic growth
dsb.
Sebaliknya
hasil kegiatan politik, sosial dan budaya pada umumnya bersifat kwalitatif, dan
jelas tidak dapat diukur dengan uang. Disini kita jumpai nilai-nilai tertentu
yang dalam banyak hal tidak kalah pentingnya dari pada nilai mata uang, bahkan
kadang-kadang jauh lebih penting. Apabila kita bicara mengenai pembangunan,
maka dengan sendirinya kita mengharapkan adanya suatu perkembangan dalam kegiatan
tersebut. Hasilnyapun diharapkan akan meningkat pula. Walaupun hasilnya
bersifat kwalitatif, namun sejauh mungkin diusahakan untuk dikwantifikasikan,
agar dapat dipakai untuk mengukur, apakah pembangunan tersebut boleh dikatakan
berhasil atau tidak.
Baik
pembangunan ekonomi yang hasilnya bersifat kwantitatif, maupun pembangunan
politik, sosial dan budaya yang hasilnya bersifat kwalitatif, perlu diikuti
dengan seksama dan dikendalikan dengan sebaik-baiknya. Bila terjadi deviasi
(penyimpangan) yang tidak dikehendaki, harus segera diambil tindakan
penyesuaian seperlunya, supaya tidak berlarut-larut. Dalam hubungan ini kita
harus selalu berpegang pada Pancasila sebagai landasan filosofis dan
Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional.
Seperti
yang telah dikemukakan, tiap pembangunan, apakah itu pembangunan politik,
ekonomi, sosial ataupun budaya, pada dasarnya memerlukan penunjangan berupa
pembangunan fisik. Namun demikian dalam banyak hal dapat diusahakan, agar
sesuatu pembangunan fisik dapat melayani beberapa pembangunan sekaligus, jadi
bersifat seperti serbaguna. Sudah barang tentu hal ini akan menghemat biaya
investasi. Sebaliknya kalau kita melihst sesuatu masalah pembangunan kurang
komprehensif bisa terjadi apa yang disebut capital depletion.
Kebijaksanaan
merupakan sesuatu yang sangat menentukan bagi setiap pembangunan. Dan
kebijaksanaan yang baik harus sudah memperhitungkan kemungkinan pelaksanaannya.
Bahkan pada waktu akan mu lai, sudah harus dapat membayangkan bagaimana nanti
kira-kira penyelesaiannya. Dengan demikian, maka pembangunan yang dimaksud akan
dapat dikendalikan dengan sebaik-baiknya.
Apabila
kita perhatikan tujuan dari pembangunan itu sendiri, maka dalam menggarap
perekonomian Negara, seyogyanya kita meneruskannya sampai ke perekonomian rumah
tangga Begitu pula dalam bidang-bidang yang lain. Apabila kita bicara mengenai
: pangan, sandang dan papan, maka rumah tanggalah yang sebenarnya menjadi
obyek. Walaupun indikator ekonomi menunjukkan, bahwa perekonomian negara mencapai
k(ilmajuan yang cukup menggembirakan, tetapi apa yang disebut the trickling
down effect ternyata tidak terjadi dengan sendirinya. Ada hambatan atau
kelambanan (traagheid) yang menyebabkan transformasi tersebut tidak terlaksana
seperti yang diharapkan. Oleh karena itu perlu penanganan secara khusus, agar
perataan yang dimaksud dapat terwujud dengan sebaik-baiknya. Hal ini tidak
terbatas pada bidang ekonomi, tetapi juga pada bidang-bidang yang lain. Dan
untuk mengukur tingkat perataan tersebut kiranya dapat digunakan indikator
sosial, yang diantaranya meliputi :
-
kesempatan kerja
-
pendapatan dan konsumsi
-
kesehatan dan gizi
-
kesempatan belajar
-
keselamatan umum dan keadilan.
Walaupun
ada hal-hal yang bersifat kwalitatif, tetapi disini kita bermaksud untuk
mengkwapt!fikasikan segala permasalahan sejauh mungkin. Dalam hubungan ini
terutama kemampuan rumah tangga diberbagai bidang perlu ditingkatkan. Kiranya
tidak perlu dijelaskan lagi, bahwa perkataan sosial yang digunakan pada
indikator sosial mempunyai arti yang luas, karena menyangkut juga bidang-bidang
yang lain.
Pengalaman
telah menunjukkan, bahwa banyak pemerintah daerah yang mengurusi beberapa
ratusribu atau beberapa juta rumah tangga (yang sebagian terbesar sangat
terbatas kemampuannya), yang pendapatannya tiap tahun begitu rendah, sehingga
tidak memungkinkan untuk melakukan pembangunan di daerahnya seperti yang
diharapkan. Akibatnya pemerintah daerah yang bersangkutan juga tidak dapat
berbuat banyak untuk meningkatkan kemampuan sekian banyak rumah tangga yang
diurusnya itu. Sudah barang tentu lingkaran setan tersebut perlu ditembus,
karena membiarkan keadaan seperti itu berlarut-larut akan sangat merugikan
kedua belah fihak, yaitu yang mengurus dan yang diurus. Ternyata kesulitan itu
terutama disebabkan karena adanya /and-manratio yang kurang wajar. Ada daerah
yang terlalu padat penduduknya, sehingga tidak dapat menciptakan lingkungan
yang menguntungkan bagi pembangunan. Akibatnya rumah tangga - rumah tangga yang
bersangkutan sebagian terbesar tidak dapat ditingkatkan kemampuannya. Dan
keadaan yang serupa kita jumpai pula di daerah perkotaan. Seperti kita ketahui,
/and-man-ratio lazimnya hanya diterapkan untuk daerah pedesaan.
Pada
umumnya rumah-tangga merupakan disatu fihak : konsumen, dan dilain fihak :
sumber tenaga kerja. Selama rumah-tangga sangat rendah kemampuannya, baik
sebagai konsumen, maupun sebagai sumber tenaga kerja, maka partisipasinya dalam
pembangunan juga sangat terbatas. Masalah ini perlu pengamatan secara
terus-menerus, karena merupakan hambatan yang sangat merugikan. ltufah
sebabnya, maka selain pembangunan ekonomi, juga pembangunan dibidang lain perlu
digalakkan. Dan jika kita bicara mengenai rumah-tangga, maka yang kita
maksudkan sudah barang tentu tidak hanya rumah tangga yang ada di daerah
perkotaan saja, tetapi juga rumah tangga yang ada di daerah pedesaan. Bahkan
rumah tangga para nelayanpun harus kita cakup didalamnya.
Akhirnya
dapat dikemukakan disini, bahwa kesulitan seperti tersebut diatas sebenarnya
berkisar pada masalah kependudukan. Hendaknya jangan dilupakan, bahwa negara
kita merupakan negara nomor lima di dunia yang terpadat penduduknya. Dan tiap
tahun jumlah penduduknya akan bertambah sekitar 2%. Oleh karena itu, jika pada
permasalahan tersebut kita tambahkan dimensi waktu , maka keadaannya akan
bertambah tidak menggembirakan, kecuali kalau kita segera mengambil
langkah-langkah yang memadai. Landman-ratio yang kurang wajar yang terdapat di
daerah pedesaan perlu dibetulkan. Daerah perkotaan yang terlalu padat perlu
dikurangi penduduknya atau dicarikan cara pemecahan yang lain. Persoalan
kesempatan kerja, kesehatan rakyat, pendidikan dan lain sebagainya perlu ditangani
dengan sebaik-baiknya. Kemampuan rumah tangga, baik sebagai konsumen, maupun
sebagai sumber tenaga kerja, perlu ditingkatkan. Sementara itu kerusakan alam
dan pencemaran alam perlu dicegah sejauh mungkin. Yang telah terlanjur terjadi
perlu diatasi dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu disamping indikator
ekonomi dan indikator sosial, perlu digunakan juga lndikator ekologi. Hanya
dengan cara demikian kita dapat mengharapkan anak cucu kita akan menjumpai
keadaan yang lebih baik menjelang akhir abad ke-20 ini.
A.
PENDAHULUAN
Setelah
kita hampir selama 10 tahun menjelajahi pelosok Tanah Air lewat darat, kita
menyadari dan menghayati, betapa besarnya karunia Tuhan yang diberikan kepada
bangsa kita. Dan kitapun mengucap syukur kehadirat-Nya, bahwa bangsa kita yang
bhinneka tunggal ika itu tetap utuh dan penuh semangat, untuk membangun hari
depannya dengan lebih baik, setelah lebih dari 3,5 abad
mengalami penjajahan. Tiap bertemu dengan rakyat di daerah yang terpencil, yang
jarang mendapatkan kunjungan, dapat dibaca dari sinar mata mereka, bahwa mereka
mengharapkan adanya perubahan di daerahnya. Dan mereka pun berusaha d~ngan cara
dan kemampuan mereka sendiri, yang serba terbatas, untuk mulai dengan
pembangunan tersebut. Walaupun sebenarnya daerah mereka memiliki cukup potensi
untuk maksud itu, tetapi karena kekurangan expertise, maka hasilnyapun sangat
terbatas.
Pada
umumnya wilayah-wilayah di luar Jawa relatif masih sangat jarang penduduknya.
Hanya wilayah-wilayah tertentu dan daerah perkotaan saja yang berpenduduk cukup
memadai, sehingga dapat berkembang dengan baik. Oleh karena itu untuk dapat
mengembangkan wilayah-wilayah di luar Jawa, perlu adanya tambahan penduduk
sebagai sumber tenaga kerja yang dibutuhkan. Seperti diketahui pembangunan
sektor pertanian, yang selain tanaman pangan mencakup pula : peternakan,
perikanan, perkebunan dan kehutanan, terutama mengandalkan sumber daya alam,
berupa tanah dan air, dan sumber daya manusia.
Alam
sebagai ecosystem selalu cenderung untuk mencari keseimbangan. Dalam keadaannya
yang primitif manusia merupakan bagian dari alam dan ikut dalam siklus ekologi
yang berlangsung. Apabila tiba musim hujan dan udara menjadi dingin, maka
datang pula musim duren, karena buah duren dapat menghangatkan badan manusia.
Begitu pula jika badan manusia menjadi alkalis, maka buah-buahanpun. menjadi
masam, sehingga kalau dimakan, bisa menetralisirnya dengan baik. Dari kawah
ljen di Jawa Timur mengalir sungai Banyu Pahit, yang mengandung belerang dan
mineral-mineral lain yang beracun. Tetapi sebelum sampai ke dataran di mana
penduduk bercocok tanam, sungai tersebut bertemu dengan sungai Kali Sat, yang
menetralisir air sungai Banyu Pahit yang beracun itu. Begitulah alam dengan
penuh kasih-sayang selalu menjaga hidup manusia. Bahkan kalau sakitpun, telah
tersedia berbagai macam tanaman yang dapat digunakan untuk menyembuhkannya.
Sementara itu keindahan alam yang terdapat dimana-mana bisa menambah
kebahagiaan hidup manusia di dunia ini. Namun keadaan seperti itu sekarang
sudah banyak berubah. Dalam hubungan ini kiranya ada baiknya kita menengok
sejenak ke belakang dan mencoba menghayati kaidah-kaidah yang mendasari
kejadiankejadian di alam-semesta ini.
Tuhan
Yang Maha Esa menciptakan alam untuk kepentingan manusia, dan sejak beberapa ribu
tahun yang lalu para ahli filsafat telah berusaha untuk mengerti makna dari
semuanya itu. Seperti dimaklumi filsafat merupakan cikal-bakal dari semua ilmu
yang dikuasai oleh manusia sekarang ini. Dikatakan, bahwa semua yang terjadi di
alam-semesta mengalir dan berubah bagaikan arus air. PANT A RHEI ( atau segala
sesuatu mengalir ), merupakan kata-kata yang diungkapkan oleh seorang ahli
filsafat kira-kira 25 abad yang lampau. Kemudian oleh ahli filsafat yang lain
dilukiskan, bahwa gerakan yang berlangsung terus tiada hentinya itu ( atau the
unceasing movements ) disebabkan oleh 2 kekuatan yang utama, yaitu :
l the virile,
sebagai unsur yang positif atau jantan,
l the docile,
sebagai unsur yang negatif atau betina.
Apabila
kedua kekuatan tersebut bertemu dan terjadi interaksi, maka terciptalah tenaga
yang menghasilkan segala macam gerakan tersebut, yaitu gerakan yang terjadi
secara beruntun dan tanpa putus. lnilah asal mula dari adanya kehidupan dan
evolusi di dunia, yang semuanya terjadi secara alamiah dan spontan. Walaupun
diungkapkan dengan katakata yang sederhana, namun sebenarnya proses tersebut
mempunyai ruang lingkup dan makna yang sangat luas dan mendalam. Dan secara
keseluruhan dapat dicakup dengan satu perkataan saja, yaitu : perubahan (
change ). Padahal pembangunan yang sedang kita laksanakan sekarang ini juga
dimaksudkan untuk mengadakan perubahan kearah kemajuan ! Perubahan yang pertama
adalah atas kehendak Tuhan, sedangkan yang kedua atas kehendak manusia. Yang
pertama bersifat alamiah (natural), dan yang kedua buatan ( artificial ). Yang
pertama hasilnya selalu baik dan sempurna, dan yang kedua masih harus
diusahakan ! Oleh karena itu agar tujuan dari pembangunan dapat dicapai, maka
keduanya harus terpadu. Atau lebih tepat kalau dikatakan, bahwa yang kedua
wajib berorientasikan pada yang pertama, dan bukan sebaliknya. Penyesuaian
inilah yang harus dilakukan, agar kita selamat sampai kepada tujuan.
Bagaimanapun juga kehendak Tuhanlah yang akan berlaku !
Matahari
sebagai salah satu unsur dari Langit terus memancarkan sinarnya ( sebagai kekuatan
yang positif atau jantan ) , dan menyebabkan adanya pergantian musim di bumi (
sebagai kekuatan yang negatif atau betina ). Musim hujan silih-berganti dengan
musim kemarau. Tanaman tumbuh dan menghasilkan buah, hewan berkembang biak dan
manusiapun terus bertambah jumlahnya.
Diantara
ke-empat macam ciptaan Tuhan tersebut, hanya manusialah yang mempunyai
kehendak. Benda mati, tumbuh-tumbuhan dan hewan dengan taat tunduk pada hukum
a/am, dan manusia dengan kehendaknya wajib menyesuaikan diri, sehingga secara
keseluruhan tetap akan tercapai keseimbangan secara alamiah. Proses semacam
inilah yang baik dan langgeng ! Bahkan tidak berhenti sampai di situ saja.
Selain kebahagiaan di dunia, manusia juga wajib memikirkan kebahagiaan di
akhirat. Oleh karena itu selain masalah-masalah yang bersifat fisik, perlu juga
digarap masalah-masalah yang bersifat kejiwaan. Akhlak, mental, moral, watak
dan semacamnya, perlu mendapatkan perhatian yang sebaik-baiknya. Dan untuk itu
semua, manusia wajib saling tolong-menolong !
Kekuatan
positif ( atau jantan ) dan kekuatan yang negatif ( atau betina ), tidak hanya
terdapat dalam skala yang besar, tetapi juga dalam skalayang kecil, bahkan yang
paling kecil sekalipun. Pada badan manusia juga terdapat kedua macam kekuatan
tersebut. Dan baik dalam skala yang besar, maupun dalam skala yang kecil,
prosesnya selalu cenderung untuk mencari keseimbangan. Apabila keseimbangan
yang dimaksud tidak dapat dicapai, maka akan terjadi gangguan. Dan setiap
gangguan akan menimbulkan penyakit.
Sementara
itu berbagai macam ilmu pengetahuan, sebagai keturunan dari filsafat, terus berkembang.
Baik yang termasuk kelompok ilmu pengetahuan fisik dan biologi, maupun yang
masuk kelompok ilinu pengetahuan sosial dan kemanusiaan. Baik yang berupa ilmu
pengetahuan murni (pure sciences ), maupun yang diterapkan ( applied sciences
). Memang hakekat dari pada suatu ilmu .itu adalah untuk digunakan. Oleh karena
itu cara pemikiran yang interdisipliner, dan cara penanganan yang multi
disipliner, perlu diusahakan. Tetapi bersamaan dengan berkembangnya berbagai
ilmu pengetahuan tersebut, telah berkembang pula situasi di dunia.
Kejadian-kejadian yang dulu serba mudah dan sederhana, karena adanya gerakan
yang tiada putusnya itu telah berubah dan berkembang menjadi sulit dan
kompleks. Dunia makin padat penduduknya. Pencemaran tannah, air dan udara terjadi
dimana-mana. Tanah pertanian makin terasa sempit dan lain sebagainya. Pendek
kata keseimbangan alamiah mulai terganggu, karena proses a/amiah tidak lagi
dapat mengimbangi proses buatan. Dan kerusakan alampun mulai mencapai tingkat
yang cukup mengkhawatirkan
Guna
mengatasi keadaan yang kurang menguntungkan tersebut, maka permasalahannya
perlu dikembalikan lagi pada kaidah-kaidah yang mendasari segala kejadian di
·alam semesta ini. Dalam hubungan ini ada 2 petunjuk yang dapat digunakan,
yaitu :
l Ditengah-tengah
permasalahan yang sulit dan kompleks, selalu dapat ditemukan intinya yang mudah
dan sederhana (ease and simplicity).
l Ditengah-tengah
kejadian yang senantiasa berubah dan berkembang, selalu dapat ditemu kan
azas-azasnya yang tidak berubah-ubah ( invariability )
Kita
sering mendengar kata-kata, bahwa di dalam benda yang padat selalu terdapat
benda yang tidak padat, dan di dalam benda yang tidak padat, selalu terdapat
benda yang padat. Kata-kata tersebut mengandung makna yang sangat dalam. Dan dengan
memahami itu semua, maka manusia dapat meneliti dan kemudian menguraikan
fenomena yang sulit dan kompleks dari dunia menurut jalur-jalurnya yang hakiki.
Kebijaksanaan semacam itulah yang perlu ditumbuhkan dan dikembangkan pada
manusia.
Manusia
sebagai mahluk Tuhan yang paling tinggi diharapkan menjadi pemimpin di muka
bumi ini. Mulai dari pemimpin umat, pemimpin negara, pemimpin rumah tangga,
sampai dengan pemimpin dapur sekalipun. Semuanya penting, dan pada semuanya
melekat tanggungjawab tertentu. Tidak ada tugas yang tidak ada manfaatnya, dan
tidak ada tindakan yang lepas dari pengamatan Tuhan. Dan dunia akan terus
berputar mengikuti aturan-aturan yang tetap.
Dalam
perkembangannya, selain sekedar untuk hidup, manusia ingin juga melakukan
kegiatan yang bisa meningkatkan taraf hidupnya. Kalau dulu manusia lebih banyak
menggunakan naluri dan perasaannya, yang tercermin dari adat-istiadat dan seni
budaya, sekarang banyak pula menggunakan akalnya. Berbagai ilmu pengetahuan dan
teknologi terus berkembang, bahkan kadang-kadang sangat cepat dan mempesonakan,
sehingga mendesak kaidah-kaidah yang lama. lbarat pohon yang besar yang rindang
tumbuhnya, menyebabkan matinya rumput yang tumbuh dibawahnya. Sebenarnya semua
itu tidak akan menimbulkan kerusakan yang mencemaskan, apabila secara teratur
diusahakan keseimbangannya kembali, termasuk keseimbangan ekologis. Sayang
ekologi sebagai ilmu terlalu cepat mengadakan spesialisasi, sehingga kurang
mampu menggarap permasalahanpermasalahan yang hakiki tersebut. Paling-paling
yang ditangani hanya sepotong-sepotong, sehingga kurang dapat melihat
permasalahannya secara menyeluruh. Kerusakan alam dan pencemaran alam mulai
merajalela. Ada yang masih bisa diatasi, ada pula yang tidak dapat diatasi
lagi. Bahkan tidak hanya terbatas pada alam dalam arti sempit, tetapi juga
dalam arti luas, yaitu termasuk manusianya.
Kita
di Indonesia juga menghadapi persoalan-persoalan itu, walaupun dengan macam dan
bobot yang berbeda. Dan untuk mengatasinya pertama-tama kita perlu menghayati falsafah
Negara Kita : Pancasila. Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab, merupakan rangkaian kata-kata yang artinya sangat dalam. Nilai-nilai
budaya bangsa tercakup didalamnya dan memang dari sinilah kita mulai dengan :
Nation and character building. Dan untuk itu yang merupakan bekal kita yang
utama adalah Tanah Air. ltulah sebabnya, maka Tuhanpun melarang manusia
membikin kerusakan di muka bumi (dalam arti yang luas). Dalam hubungan ini
fikiran dan perasaan harus dapat saling mengisi dan saling mengendalikan.
Janganlah kita terpukau oleh hal-hal yang dari luar saja, kelihatannya
mempesonakan. Dalam mengadakan penilaian, kita perlu mengembangkan
ukuran-ukuran kita sendiri yang lebih mantap. Yang kedengarannya enak belum
tentu menguntungkan, dan sebaliknya yang kedengarannya tidak enak belum tentu
merugikan. Apapun yang terjadi di dunia ini selalu ada hikmahnya. Dan kitapun
harus cukup dewasa untuk dapat memberikan appresiasi yang sebaik-baiknya.
Pengertian dan kasih sayang harus dapat berkembang di Negara kita. Kita
bertanggungjawab atas kehidupan seluruh rakyat kita, yang sekarang telah
mencapai jumlah sekitar 135 juta orang, dan dalam tahun 2000 nanti akan
melampaui 200 juta orang. Dan tidak hanya hidupnya, tetapi juga kedalaman hidupnya
perlu diperhatikan. Disinilah letaknya harkat dan martabat bangsa kita.
Apabila
wilayah-wilayah di luar pulau Jawa belum dapat berkembang sesuai dengan yang
kita kehendaki, karena terlalu jarang penduduknya, maka wilayah-wilayah di
pulau Jawa, justru mengalami yang sebaliknya. Ol.eh karena penduduknya terlalu
padat, maka perkembangannya dil'lantui oleh kerusakan alam yang sangat
merugikan. Oleh karena itu dalam pembangunan Negara yang sedang kita
laksanakan, ada 2 kegiatan yang harus kita lakukan, yaitu :
l mengembangkan
wilayah-wilayah luar pulau Jawa,
l menyelamatkan
pulau Jawa, dan sekaligus juga penduduknya yang menderita.
Tujuan
dari pembangunan kita telah jelas, yaitu : masyarakat yang adil dan makmur,
material dan spiritual. Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia merupakan
sila ke-5 dari falsafah Pancasila~ Dalam hubungan ini ada 3 program pokok, yang
harus dilaksanakan, yaitu :
l pembangunan
l pembinaan
l pengaturan.
Dan
pengertian pembangunan harus berintikan : pembangunan kembali (reconstruction)
dan pengembangan (development), dimana : perbaikan (repair) dan pemeliharaan
(maintenance) sudah tercakup didalamnya.
Sumber: Prof.DR. Ir. Sutami, “Ilmu Wilayah Dalam Kaitannya Dengan
Pembangunan Nasional” yang diterbitkan Badan Penerbit Pekerjaan Umum pada tahun
1980.