Rabu, 21 September 2022

Pokok Pembelajaran Dari Pengalaman Perencanaan Pembangunan Kota dan Wilayah

Berbagai studi kasus yang mendokumentasikan pengalaman perencanaan di berbagai konteks, hasil dan pembelajaran itu jumlahnya cukup banyak dan beragam. Lima pokok pembelajaran yang dapat disampaikan dari berbagai studi kasus ini, yang menunjukkan pembangunan kota dan wilayah berkelanjutan dapat didorong melalui: 1) formulasi dan implementasi kebijakan yang terpadu; 2) strategi peremajaan yang transformative; 3) perencanaan dan pengelolaan lingkungan; 4) kota dan wilayah yg terkoneksi dan kompak, dan; 5) perencanaan partisipatif dan inklusif. Pokok-pokok pembelajaran yang didapat dari berbagai studi kasus dapat diaplikasikan pada tingkat lokal, wiayah, nasional atau internasional, merefleksikan suatu kesinambungan perencanaan dan pembangunan kota.

Perumusan dan Pelaksanaan Kebijakan yang Terpadu

Melaksanakan kebijakan dan rencana kota adalah cara efektif untuk meningkatkan dan memperkuat sistem pemerintahan kota agar pembangunan ekonomi dan sosial yang berimbang dapat tercapai. Untuk membuat intervensi kebijakan yang efektif dibutuhkan perspektif jangka panjang, yang memperhitungkan kebutuhan masa kini dan masa depan dari suatu area. Kebijakan vertikal dan horizontal yang terpadu terbukti penting dalam membentuk tata ruang di setiap wilayah, mengarahkan pertumbuhan yang akan datang, mempengaruhi perilaku dan tindakan politis dan memberikan arahan strategis melalui visi bersama pembangunan.

Kuatnya kebijakan yang mengacu ke masa depan telah berhasil menciptakan pertumbuhan ekonomi yang signifikan di Tiongkok, khususnya Delta Sungai Yangtse dan Shenzhen, wilayah yang menjadi kekuatan ekonomi Tiongkok. Shenzhen sebagai Zona Ekonomi Khusus (SEZ), berkembang dari desa nelayan menjadi megacity modern. Rencana lnduk yang efektif memastikan bahwa pembangunan wilayah yang berimbang, dimana semua area terlayani oleh 1nfrastruktur, akses terhadap pekerjaan dan ruang terbuka hijau.

Selaras dengan itu, pembangunan wilayah dan ekonomi yang berimbang sudah dimulai dalam kebijakan pembangunan supra-nasional, wilayah dan kota di Maroko, Gauteng, Afrika Selatan dan Uni Eropa. Masing-masing menggunakan rencana tata ruang dan kerja sama sektoral untuk menghindari segregasi sosial dan kondisi kumuh , sekaligus menghasilkan keluaran ekonomi yang meningkat melalui produktivitas dan aksesibilitas yang lebih baik. Hal ini ditunjukkan pada Wilayah Kota Gauteng, yang menerapkan kebijakan pembangunan yang progresif untuk memadukan tujuan pembangunan pada tingkat kelembagaan horizontal dan vertikal.

Penggunaan kebijakan perencanaan kota dan wilayah untuk memperbaiki pengelolaan kebencanaan dan mitigasi risiko terhadap perubahan iklim adalah langkah efektif di Port-au-Prince, Haiti dan Norwegia, d1mana keterpaduan sektor publik, swasta dan LSM membentuk ketangguhan kota. Pada kasus Norwegia, mobilisasi berbagai pemangku kepentingan untuk mendukung kebijakan lingkungan dan perkotaan ke arah masa depan membantu memperbaiki kesiapan negara, melalui standarisasi tujuan dan sasaran adaptasi perubahan iklim.

Strategi Peremajaan Transformatif

Kemunduran perkotaan disebabkan oleh upaya-upaya yang tak kunjung berhasil untuk perbaikan ekonomi, sosial dan lingkungan dan berujung pada berkurangnya populasi atau ketidak-stabilan sosial di suatu area. Perencanaan kota dan wilayah memiliki kemampuan besar untuk melakukan perubahan melalui strategi perencanaan jangka panjang dan diterapkan berdasarkan pembangunan berbasis . kawasan. Peremajaan kota merupakan cara proakbf merespons perubahan lingkungan lokal dan global secara tata ruang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, memulihkan ikatan sosial, dan meningkatkan lingkungan alamiah. Untuk mencapai hal ini diperlukan adanya struktur tata kelola pemerintahan yang kuat . dan progresif, yang menggunakan pendekatan inovatif dalam merespons tantangan perkotaan yang kompleks.

Penggunaan strategi perencanaan kota. dan wilayah . untuk mencegah eksklusi sosial berhasll dilakukan di Lyon, Perancis dan Medellin, Kolumbia, yang memadukan kawasan yang termarjinalkan untuk membangun kembali kohesi sosial. Hal ini tercapai melalui strategi dan rencana induk kota yang menciptakan keterhubungan bagian-bagian kota dan menyediakan ruang publik agar terjadi inklu~i dan partisipasi. Medellin adalah contoh utama dimana formasi pendekatan lokal untuk pembangunan kota menghasilkan dampak tak langsung tetapi berpengaruh kuat terhadap tingkat kematian dan kerawanan kejahatan di kota, dan akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Apresiasi diberikan terhadap keterpaduan lingkungan kota yang tadinya rawan kejahatan, melalui proyek pembangunan kota yang berskala kecil sehingga ruang publik lebih ramah bagi keterpaduan sosial.

Peluang peremajaan kawasan banyak terdapat di kota atau wilayah yang mengalami perubahan industri: penurunan pertumbuhan ekonomi, dan degradasi kualitas lingkungan. Hal ini terjadi di Chattanooga, AS, · Rhine-Ruhr Jerman dan Krasnoyarsk, Rusia, yang menggunakan pusat kota yang terdegradasi sebagai dasar bagi rencana kota yang konstruktif, untuk membangun strategi perencanaan yang adaptif dan berjangka panjang. Rhine-Ruhr merupakan contoh unik, yang mengubah dirinya dari lahan buangan . industri menjadi taman hijau yang menarik ribuan turis setiap tahunnya, dan menjadi percontohan nasional tentang perencanaan kota dan wilayah.

Menggunakan intervensi tata ruang untuk mendorong regenerasi ekonomi tidak terbatas hanya pada bekas kota industri saja. Kota Strasbourg, Perancis . mengidentifikasikan wilayah perbatasannya sebagai area yang kurang dimanfaatkan karena tak adanya keterpaduan wilayah lintas-batas dengan Kehl, Jerman. Respons inovatif dari kedua walikotanya adalah secara proaktif memadukan wilayah melalui berbagai proyek pembangunan kota yang bersifa~ lintas-batas. Bersama sama, mereka mereformas1 struktur tata kelola pemerintahan untuk memfasilitasi proyek-proyek pembangunan kota, mendorong .. pergerakan manusia dan ekonomi kedua area ini, serta mendorong wilayah supra-nasional menjadi kompetitif di Uni Eropa.

Perencanaan dan Pengelolaan Lingkungan

Lingkungan alamiah menjadi komponen mendasar dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.Pemaduan lingkungan alamiah pada proses dan kebijakan perencanaan kota dan wilayah mulai dirasakan penting pada pengembangan kota tangguh (resilient city) sebagai akibat meningkatnya kesadaran perubahan iklim dan risiko terkait, ancaman bencana alam dan perlunya menyediakan sumber daya yang cukup untuk mendukung pertumbuhan penduduk. Hal ini penting pada berbagai skala perencanaan kota dan wilayah, dengan mempertimbangkan situasi dan sumber daya lintasbatas dimana jumlah pemangku kepentingan bertambah pesat.

Keterpaduan adaptasi iklim dan pengelolaan sumber daya alam telah diperkenalkan dalam contoh kasus Melbourne, Australia dan Toronto, Kanada, dimana proses perancangan kota dan tata guna lahan telah terpadu dengan lingkungan hidup sehingga membentuk visi masa depan yang berkelanjutan pada kedua kota ini. Menghadapi kondisi kekeringan akut dan memburuknya lingkungan alamiah kota, DPRD kota Melbourne mengembangkan program adaptasi iklim berbasis ekosistem yang terpadu dengan perencanaan kota. Dengan melakukan hal tersebut, kota membuka kesempatan dalam proses pembangunan, seperti perancangan kota yang ramah air, sekaligus menghindari dampak negatif pembangunan, melalui Strategi Hutan Kota.

Wilayah lintas-batas semakin dipertimbangkan pada kebijakan perencanaan supra-nasional, seperti contoh kasus Wilayah Great Lakes yang melintasi Kanada dan AS, dan Sengwe-Tshipise Wilderness Corridor yang membatasi Zimbabwe, Mozambik dan Afrika Selatan. Pemaduan koridor-koridor biru, hijau dan keanekaragaman hayati ke dalam strategi perencanaan menjadi dasar penting dalam pengelolaan sumber daya alam dan penyatuan para pemangku kepentingan utama. Wilayah Great Lakes menggunakan teknik analisis skenario untuk membangun konsensus antar-pemangku kepentingan yang beragam, dan memastikan tersedianya sumber daya bersama di masa datang.

Merencana Wilayah dan Kota yang Kompak, Terpadu dan Terhubung

Wilayah dan kota yang kompak dan terhubung secara mendasar lebih produktif dan kurang merusak terhadap lingkungan dari pada wilayah dan kota yang yang terpisah-pisah, menyebar dan menyebar (sprawling). Koordinasi strategi kota dan wilayah dengan intervensi sektoral sangat penting karenanya. Pembangunan ini dapat memacu penciptaan lapangan kerja bagi warganya dan memfasilitasi lingkungan perkotaan yang inklusif secara sosial.

Perencanaan kompak yang berhasil dengan baik dalam mempengaruhi pembangunan infrastruktur dan mendukung kota yang terhubungkan dengan baik ditunjukkan di kota Ahmedabad, India dan Fukuoka, Jepang. Fukuoka, Jepang dikenal karena menerapkan "Model Kota Kompak." Menggunakan kerangka pembangunan kota untuk menunjukkan penerapan prinsip terkoneksi dan kompak dalam disainnya, telah menghasilkan pembangunan ekonomi jangka panjang, kuliatas hidup, dan peningkatan kualitas lingkungan.

Projek lmbaba di Wilayah Kairo Raya yang meregenerasi wilayah bandara untuk menyediakan transporasi, jasa dan perumahan merupakan contoh keberhasilan penerapan prinsip kota kompak. Menggunakan lahan peremajaan untuk mencapai pembangunan kompak, memperkuat koridor dan pusat transportasi yang ada, menghasilkan struktur perkotaan yang ekonomis, sekaligus mewujudkan areal kota yang terpadu.

Manfaat gambar grafis dan pemetaan yang memperlihatkan terjadinya integrasi antar-kota ditunjukkan dalam pendekatan rencana dasar di kotakota Lichinga, Mozambik dan di Santa Fe, Argentina, serta dalam Aturan Pengembangan Guna Lahan di Yekaterinburg, Rusia. Dalam kasus Yekaterinburg, Rusia, penggunaaan representasi grafis untuk menunjukkan realitas saat ini, membantu pengintegrasian berbagai fungsi yang berbeda melalui identifikasi intensitas penggunaan infrastruktur, sebagai elemen penting untuk mencapai pembangunan ekonomi berkelanjutan dan peningkatan kualitas hidup.

Perencanaan Partisipatif dan lnklusif

Manfaat partisipasi yang ditunjukkan dalam berbagai studi kasus, menunjukkan keberhasilan yang diperoleh dengan melibatkan masyarakat dan komunitas untuk memberikan hasil-hasil perkotaan, sosial dan budaya yang lebih baik. Studi kasus menunjukkan perbaikan yang signifikan terjadi dalam implementasi pada saat warga diajak berkonsultasi, dan diberi kewenangan lebih untuk berkontribusi secara aktif pada penyusunan kebijakan dan strategi kota dan wilayah. Hal ini memastikan terjaminnya hak-hak asasimanusia, merespons terhadap isu kesetaraan gender, inklusi generasi muda dalam lingkungan perkotaan.

Pelibatan masyarakat dalam perencanaan kota dan proses implementasi memberikan hasil-hasil perkotaan yang lebih baik, seperti di Surabaya, Indonesia dan Ghent, Belgia. Keberhasilan yang sama, Strategi Pembangunan Kota (CDS) yang diterapkan di Ouagadougou, Burkina Faso dan Douala, Kamerun, berisikan contoh tentang bagaimana inisiatif pembangunan kota dapat diperkuat melalui pendekatan partisipatif dan inklusif.

Mengajak warga dan para pemangku kepentingan untuk berperan-serta dalam strategi kotanya, melalui dialog terbuka dan advokasi terus-menerus, merupakan kunci keberhasilan keseimbangan pembangunan kota dan hak asasimanusia. Konsensus dan kerja sama dalam membangun dan melaksanakan melalui CDS memberikan peningkatan rasa percaya diri kelembagaan dan peluang pendanaan baru.

Contoh terbaik tentang partisipasi masyarakat yang efektif dan terkelola baik, terbukti pada penganggaran partisipatif di Porto Alegre, Brasil. Dengan menyediakan saluran bagi suara warga untuk berkontribusi pada penyusunan kebijakan , terjadi peningkatan tanggapan masyarakat dan tercapainya target tantangan sektor-sektor perkotaan untuk akses terhadap pelayanan kesehatan, pendidikan, sanitasi, dan air bersih. Proses ini telah memperkuat masyarakat secara keseluruhan, khususnya pada kelompok yang termarjinalkan yang kini telah mampu menyuarakan kepeduliannya pada isu sosial dan perkotaan.

 

 

Sumber: Buku Panduan lnternasional tentang Perencanaan Kota dan Wilayah Penerbit BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH, KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 

Tidak ada komentar: