Mengapa harus menganalisis Aspek
Fisik dan Lingkungan dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang?
Lahan pada kawasan/wilayah
perencanaan merupakan SUMBER DAYA ALAM yang memiliki KETERBATASAN dalam
menampung kegiatan manusia dalam pemanfaatannya. Banyak contoh kasus kerugian
ataupun korban yang disebabkan oleh ketidaksesuaian penggunaan lahan yang melampaui
kapasitasnya. Untuk itu, perlu dikenali sedini mungkin karakteristik fisik
suatu wilayah maupun kawasan yang dapat dikembangkan untuk dimanfaatkan oleh
aktivitas manusia.
TUJUAN
Menemukenali berbagai
karakteristik sumber daya alam melalui telaah kemampuan dan kesesuaian lahan,
agar penggunaan lahan dalam perencanaan pengembangan wilayah/kawasan dapat
dilakukan secara optimal dengan tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem
untuk keberlanjutan pembangunan wilayah/kawasan tersebut
OUTPUT
• Peta Kemampuan Lahan
• Peta Kesesuaian Lahan
• Rekomendasi Kesesuaian Lahan
Langkah-langkah yang harus dilakukan:
a.
PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan Data adalah langkah pertama yang harus
dilakukan. Data-data ini merupakan data
dasar yang kemudian diolah untuk mendapatkan peta kemampuan dan kesesuaian
lahan yang kemudian diusulkan rekomendasi penggunaannya.
Jenis Data:
1. Klimatologi
2. Topografi
3. Geologi
4. Hidrologi
5. Sumber Daya Mineral/
Bahan Galian
6. Bencana Alam
7. Penggunaan Lahan
8. Studi yang ada
9. Kebijakan pemerintah
1.
DATA KLIMATOLOGI
Jenis Data
|
Sumber Data
|
Kedalaman Data
|
Curah Hujan
|
BMG/Stasiun Klimatogi
terdekat
|
Rentang
waktu 10
tahun
|
Hari Hujan
|
BMG/Stasiun Klimatogi
terdekat
|
Rentang
waktu 10
tahun
|
Intensitas Hujan
|
BMG/Stasiun Klimatogi
terdekat
|
Rentang
waktu 10
tahun
|
Temperatur Rata -rata
|
BMG/Stasiun Klimatogi
terdekat
|
Rentang
waktu 10
tahun
|
Kelembaban Relatif
|
BMG/Stasiun Klimatogi
terdekat
|
Rentang
waktu 10
tahun
|
Kecepatan dan Arah
Angin
|
BMG/Stasiun Klimatogi
terdekat
|
Rentang
waktu 10
tahun
|
Penyinaran Matahari
|
BMG/Stasiun Klimatogi
terdekat
|
Rentang
waktu 10
tahun
|
Data klimatologi ini bisa diperoleh dari Stasiun
Meteorologi Penerbangan, Stasiun
Meteorologi Maritim, Stasiun Meteorologi dan
Klimatologi, atau Stasiun Meteorologi dan
Geofisika yang terdekat atau berada di wilayah/kawasan
perencanaan. Stasiun-stasiun ini
mengirimkan datanya pada Balai Besar Badan Meteorologi
dan Geofisika (BMG) yang di
Indonesia terbagi dalam lima wilayah yaitu:
1. Balai Besar BMG Wilayah I yang berkedudukan di
Medan (Jl. Ngumban Surbakti No. 15
Selayang II Medan), telp: 061-8222877, 8222878, fax:
061-8222878.
2. Balai Besar BMG Wilayah II yang berkedudukan di
Ciputat (Jl. KP Bulak Raya Cempaka
Putih - Ciputat ) telp: 021-7402739, 7444338, 7426485,
fax: 021-7402739.
3. Balai Besar BMG Wilayah III yang berkedudukan di
Denpasar (Jl. Raya Tuban, Badung,
Bali), telp: 0361-751122, fax: 0361-757975.
4. Balai Besar BMG Wilayah IV yang berkedudukan di
Makassar (Jl. Racing Centre No 4
Panaikang KP 1351 Makassar), telp: 0411-456493,
449243, fax: 0411-449286, 455019.
5. Balai Besar BMG Wilayah V yang berkedudukan di Jayapura (Jl. Raya Abepura Entrop Kp
1572 Jayapura 99224), telp: 0967-535418, 534439,
535419.
2.
DATA TOPOGRAFI
Jenis Data
|
Sumber Data
|
Kedalaman Data
|
Peta Rupabumi
|
Bakosurtanal
|
Skala
1:
20.000
1:
25.000
1:
30.000
1:
50.00
|
Peta Topografi
|
Badan Pertanahan Nasional (BPN)
Direktorat TNI-AD
|
Skala
terbesar yang ada
|
Ditjen Geologi dan Sumber Daya
Mineral, Departemen ESDM
|
Bapeda
|
Peta Morfologi
|
· Bakosurtanal
Turunan dari
data topografi
Gambar 2.2
· Badan Pertanahan
Nasional
(BPN)
· Ditjen Geologi
dan Sumber Daya
Mineral, Departemen ESDM
Bapeda
|
Turunan
dari data topografi
|
Peta Kemiringan Lereng
(Peta Lereng)
|
· Bakosurtanal
Turunan dari
data topografi
Gambar 2.2
· Badan Pertanahan
Nasional
(BPN)
· Ditjen Geologi
dan Sumber Daya
Mineral, Departemen ESDM
Bapeda
|
Turunan dari data topografi
|
Data Topografi seringkali menjadi peta dasar dari
berbagai peta lainnya. Peta ini bisa didapatkan
di Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional yang berkedudukan di Cibinong
dalam bentuk peta rupabumi baik dalam format cetak maupun digital. Dengan pengolahan secara spasial, peta ini dapat
diturunkan menjadi peta morfologi dan peta lereng.
Klasifikasi Kelas Lereng
Terdapat berbagai macam pembagian kelas lereng. Pada umumnya, pembagian kelas lerengan
ini disesuaikan dengan kebutuhan analisa. Pada analisis aspek fisik wilayah, kelas lereng
yang
biasa dipakai adalah sebagai berikut:
1) Lereng 0 % - 2%
2) Lereng 2% - 5%
3) Lereng 5% - 15%
4) Lereng 15% - 40%
5) Lereng > 40%
Pada peta topografi
dengan skala dan
kelengkapan yang memungkinkan, selang kelas lereng 5% -15%, dapat dibagi
lagi menjadi kelas lereng 5% - 8%,
dan 8% - 15%. Pada dasarnya, semakin banyak pembagian kelas
lereng ini akan semakin baik, karena akan semakin diketahui kondisi lahan
dengan lebih detil dimana setiap aktivitas pemanfaatan lahan akan membutuhkan kesesuaian
lahan dengan kriteria kelas lereng tertentu.
3.
DATA GEOLOGI
Jenis Data
|
Sumber Data
|
Kedalaman Data
|
Geologi Umum
|
Departemen ESDM
|
Peta Geologi tata
lingkungan
|
Geologi Wilayah
|
Departemen ESDM
Pengamatan
Lapangan
|
Turunan peta
geologi Umum &
Pengecekan
Lapangan
|
Geologi Permukaan
|
Penelitian Lapangan
|
Kondisi geologi
tanah permukaan
dan sebarannya
lateral dan
vertikal.
|
Untuk data geologi umum, bisa didapat dengan skala 1 :
250.000, walaupun dimungkinkan data geologi wilayah dengan informasi yang lebih
rinci dan dengan skala yang lebih besar. Seringkali mengingat keterbatasan
waktu dan biaya, maka peta geologi wilayah perencanaan lebih bersifat geologi
tinjau yang berpegang pada geologi umum, dan lebih menekankan pada rincian
karakteristik litologi dan struktur geologinya, dengan tidak mengabaikan
stratigrafi serta unsur-unsur geologi lainnya.
4.
DATA HIDROLOGI
Jenis Data
|
Sumber Data
|
Kedalaman Data
|
Air Permukaan
|
|
Dilengkapi data:
|
· Sungai (DAS&
WS)
|
Instansi Pengairan
setempat
|
· Pola Aliran
· Arah Aliran
· Debit air setiap
musim
|
· Danau
|
· Mata Air
|
Peta Hidrologi BPN
|
Air Tanah
|
|
|
· Air tanah
Dangkal
|
Kedalaman sumur
penduduk
|
Mutu & Kualitas Air
|
· Air tanah Dalam
|
· Ditjen Geologi
& Sumber daya Mineral, Dep. ESDM
· Ditjen Sumber
daya Air Dep. PU
· Hasil Penelitian
|
|
Data hidrologi merupakan data yang terkait dengan tata
air yang ada, baik di permukaan maupun di dalam tanah/bumi. Tata air yang
berada di permukaan tanah dapat berbentuk badan-badan air terbuka seperti
sungai, kanal, danau/situ, mata air, dan laut.
Sedangkan tata air yang berada di dalam tanah (geohidrologi) dapat
berbentuk aliran air tanah atau pun sungai bawah tanah. Data tata air diperlukan untuk dapat melihat
dan memperkirakan ketersediaan air untuk suatu wilayah. Informasi yang
dibutuhkan dari data hidrologi ini adalah kuantitas dan kualitas air yang
ada. Data kuantitas terkait dengan pola
dan arah aliran serta debit air yang ada dari masing-masing badan air. Sedangkan data kualitas terkait dengan mutu
air (dilihat dari sifat fisik, kimia dan biologi). Namun data yang terkait dengan kondisi
hidrologi ini biasanya sukar didapat karena harus melakukan pengambilan data
primer/pengamatan langsung. Data sekunder biasanya didapat dari instansi yang
terkait dengan lingkungan dan PAM. Data umum hidrologi yang biasa tersedia
adalah peta lokasi badan air (sungai, danau, laut) yang dapat dilihat dari peta
rupabumi. Dari peta ini biasanya bisa
didapat informasi wilayah sungai dan daerah aliran sungai, termasuk pola dan
arah alirannya.
5.
DATA SUMBERDAYA MINERAL DAN BAHAN GALIAN
Jenis Data
|
Sumber Data
|
Kedalaman Data
|
Potensi Bahan Galian
Golongan C
|
•
Departemen
ESDM
• Analisis Peta
Geologi
• Informasi Pemda
setempat
|
Peta jenis bahan
galian
|
Sumber daya lainnya
(minyak bumi, batu bara,
mineral logam)
|
• Departemen
ESDM
• Informasi Pemda
setempat
|
Peta sumber daya
mineral
|
Data sumber daya mineral dan bahan galian merupakan
data lokasi dari berbagai jenis bahan tambang dan galian yang ada di wilayah/kawasan
perencanaan. Peta ini dapat diperoleh di
instansi terkait (misal: Departemen ESDM), pemerintah setempat yang telah mengidentifikasinya,
serta dari hasil analisis peta geologi berdasarkan jenis dan formasi batuan pembentuk
wilayah.
6.
DATA BENCANA ALAM
Jenis Data
|
Sumber Data
|
Kedalaman Data
|
Letusan Gunung Api
|
• Informasi kondisi geologi
|
Tipologi Kerawanan bencana
|
Gempa Bumi
|
• Informasi kondisi geologi
|
Tipologi Kerawanan bencana
|
Tanah Longsor
|
• Informasi kondisi geologi
|
Tipologi Kerawanan bencana
|
Banjir
|
• Informasi kondisi
topografi dan
klimatologi
|
Tipologi Kerawanan bencana
|
Data bencana alam merupakan informasi penting yang
harus dimiliki oleh wilayah/kawasan
perencanaan.
Pendeliniasian serta penentuan tipologi wilayah berdasarkan kerawanan
atas
bencana ini dapat dilihat lebih detil pada buku
pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Kawasan Rawan
Gempa Bumi serta buku pedoman Penataan RuangKawasan Rawan Bencana Longsor. Dari masing-masing data/peta kerawanan ditumpang
tindih sehingga didapat peta kerawanan wilayah terhadap bencana alam.
7.
DATA PENGGUNAAN LAHAN
Jenis Data
|
Sumber Data
|
Kedalaman Data
|
Luas
Permukiman
Luas
Perdagangan
Luas
Industri
Luas
Sawah
Luas
Kebun
Luas
Hutan
Luas
Rawa
Luas
Danau, sungai,
kolam
Luas
Tambak
Luas
penggunaan lainnya
|
• Peta Rupa Bumi
• Pengamatan Lapang
• Peta citra satelit, ICONOS
• Foto udara
|
Peta
Penggunaan Lahan (Land Use)
|
Data penggunaan lahan (Land Use) didapat dari
kombinasi berbagai data dan peta seperti:
• Peta Rupabumi (terdapat informasi lahan permukiman,
sawah, kebun/tegalan, hutan, rawa, danau, sungai)
• Peta citra satelit (terdapat informasi penutupan
lahan yang dapat dibedakan karakter
vegetasi dan non vegetasi)
• Peta foto udara (terdapat informasi yang lebih detil
seperti kawasan perumahan, perdagangan/perniagaan, industri, sawah/ladang,
perkebunan, hutan, kolam, tambak, dan
lainnya)
• Pengamatan lapang (observasi) dan
informasi/wawancara masyarakat secara langsung.
8.
DATA STUDI FISIK/LINGKUNGAN YANG ADA/PERNAH
DILAKUKAN
Jenis Data
|
Sumber Data
|
Kedalaman Data
|
Studi fisik/lingkungan
|
· Dinas Tata Kota
|
Peta
peruntukan
lahan
|
|
· Hasil penelitian
|
Peta
daya dukung
lahan
|
Data-data yang ada dan dihasilkan dari studi-studi ini
dapat menjadi data pendukung yang diperlukan dalam menganalisis aspek fisik dan
lingkungan. Dengan begitu, penting untuk
mengumpulkan berbagai studi terkait sebagai bahan referensi dan dalam mempertajam
hasil analisis yang dilakukan.
9.
DATA KEBIJAKAN PENGEMBANGAN FISIK YANG ADA
Jenis Data
|
Sumber Data
|
Kedalaman Data
|
Kebijakan
Penggunaan
Lahan
|
· Pemerintah
· Pemerintah Daerah
|
Bahan
pertimbangan
dalam
membuat
rekomendasi
kesesuaian
lahan
|
Data kebijakan pengembangan fisik ini terkait dengan
berbagai program dan kebijakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah setempat dalam
pemanfaatan ruang. Misalnya:
• berbagai program pertanian untuk pengembangan
komoditas tertentu dapat dilaksanakan
pada lahan-lahan yang sesuai secara fisik dan kondisi
agroklimat yang ada di wilayah/kawasan perencanaan.
• Program pembangunan perumahan dari pemerintah dapat
dilaksanakan pada lahan-lahan
yang sesuai untuk peruntukan pembangunan rumah.
• Dan sebagainya
b.
ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN
Analisis Kemampuan Lahan merupakan langkah yang harus
dilakukan setelah tahap pengumpulan data sebelumnya yang telah dilakukan.
Jenis Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL):
1. SKL Morfologi
2. SKL Kemudahan Dikerjakan
3. SKL Kestabilan Lereng
4. SKL Kestabilan Pondasi
5. SKL Ketersediaan Air
6. SKL Untuk Drainase
7. SKL Terhadap Erosi
8. SKL Pembuangan Limbah
Sebelum memulai langkah penyusunan masing-masing SKL,
maka perlu diketahui terlebih dahulu beberapa parameter penting yang digunakan,
yaitu:
KETINGGIAN
Peta ketinggian dibuat dari peta topografi yang
bersumber dari peta topografi dengan skala
terbesar yang tersedia, yang dapat diperoleh pada
instansi: Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL), Badan
Pertanahan Nasional (BPN), Direktorat TopografiTNI Angkatan Darat, Direktorat Jenderal
Geologi dan Sumber Daya Mineral Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral, dan instansi terkait lainnya.
Kelas ketinggian dapat dibuat dengan membagi wilayah studi dari titik minimum hingga
titik tertinggi menjadi beberapa kelas yang diinginkan.
LERENG
Peta lereng
diturunkan dari peta topografi, karena penataan ruang dan peruntukannya banyak
sekali ditentukan oleh kondisi kemiringan suatu
wilayah. Demikian juga pengembangan jaringan
utilitas sangat dipengaruhi oleh kondisi lereng ini.
Peta ini memuat pembagian atau klasifikasi
kelas lereng di wilayah dan/atau kawasan perencanaan
atas beberapa kelas. Berikut ini adalah
adalah kelas lereng yang biasa dipakai dalam
penyusunan rencana tata ruang:
1) Lereng 0 % - 2%
2) Lereng > 2% - 5%
3) Lereng > 5% - 15%
4) Lereng > 15% - 40%
5) Lereng > 40%
(Klasifikasi lereng dapat disesuaikan dengan kondisi
lereng wilayah kegiatan)
MORFOLOGI
Gunung/Gunung Berapi:
Satuan tubuh gunung/gunung berapi ini hampir sama
dengan satuan morfologi perbukitan, dan
umumnya merupakan sub satuan perbukitan sedang hingga
terjal, namun membentuk kerucut
tubuh gunung/gunung berapi. Satuan tubuh gunung/gunung
berapi ini perlu dipisahkan dari satuan perbukitan, karena tubuh gunung/gunung
berapi mempunyai karakterisitk tersendiri dan berbeda dari perbukitan umumnya,
seperti banyak dijumpai mata air, kandungankandungan gas beracun, dan sumber daya
mineral lainnya yang khas gunung/gunung berapi.
Bukit/Perbukitan:
Satuan morfologi perbukitan adalah bentuk bentang alam
yang memperlihatkan relief baik
halus maupun kasar, serta membentuk bukit-bukit dengan
kemiringan lereng yang bervariasi.
Secara lebih rinci, satuan morfologi perbukitan dapat
dibagi lagi atas tiga sub satuan, yakni :
• Sub satuan morfologi perbukitan landai dengan
kemiringan lereng antara 5% - 15% dan
memperlihatkan relief halus;
• Sub satuan morfologi perbukitan sedang dengan
kemiringan lereng berkisar antara 15% -
40% dan memperlihatkan relief sedang, dan
• Sub satuan morfologi perbukitan terjal dengan
kemiringan lebih dari 40% dan
memperlihatkan relief kasar.
Datar/Dataran:
Satuan morfologi dataran adalah bentuk bentang alam
yang didominasi oleh daerah yang relatif
datar atau sedikit bergelombang, dengan kisaran kelas
lereng 0% - 5%. Lebih rinci lagi satuan
morfologi dataran ini dapat dibedakan atas dua sub
satuan, yakni:
• Sub satuan morfologi dataran berkisar antara 0% -
2%; dan
• Sub satuan morfologi medan bergelombang dengan
kisaran kelas lereng lebih dari 2% hingga
5%.
GEOLOGI
Data geologi yang diperlukan dalam analisis aspek
fisik dan lingkungan terdiri dari tiga bagian,
yakni data geologi umum, data geologi wilayah, dan
data geologi permukaan. Data geologi umum diperlukan untuk mengetahui kondisi
fisik secara umum, terutama pada batuan dasar yang akan menjadi tumpuan dan
sumber daya alam wilayah ini, serta beberapa kemungkinan bencana yang bisa
timbul akibat kondisi geologinya atau lebih dikenal dengan bencana alam
beraspek geologi. Data geologi ini mencakup stratigrafi uraian litologinya,
struktur geologi, serta penampang-penampang geologi.
Peta geologi wilayah memuat semua unsur geologi
seperti yang dikehendaki pada geologi umum, hanya lebih terinci yang
kemungkinan akan berbeda dari peta geologi umum, karena dilakukan penelitian
pada skala lebih besar. Mengingat keterbatasan waktu dan biaya, maka peta
geologi wilayah perencanaan ini lebih bersifat geologi tinjau yang berpegang
pada geologi umum, dan lebih menekankan pada rincian karakteristik litologi dan
struktur geologinya, dan tentunya dengan tidak mengabaikan stratigrafi serta
unsur-unsur geologi lainnya.
Data geologi permukaan adalah kondisi geologi
tanah/batu yang ada di permukaan dan sebarannya baik lateral maupun vertikal
hingga kedalaman batuan dasar serta sifat-sifat keteknikan tanah/batu tersebut,
dalam kaitannya untuk menunjang pengembangan kawasan. Data geologi permukaan
hanya dapat diperoleh dari penelitian lapangan (data primer), dengan penyebaran
vertikal diperoleh berdasarkan hasil pemboran dangkal. Sifat keteknikan dengan keterbatasan
biaya dan waktu penelitian hanya dapat disajikan berupa pengamatan megaskopis,
kecuali daya dukung tanah/batu yang dapat dipertajam dari hasil pengujian
sondir.
AIR TANAH
Data air tanah dapat dipisahkan atas air tanah dangkal
dan air tanah dalam, yang masing-masing
diupayakan diperoleh besaran potensinya. Air tanah
dangkal adalah air tanah yang umum digunakan oleh masyarakat sebagai sumber air
bersih berupa sumur-sumur, sehingga untuk mengetahui potensi air tanah bebas
ini perlu diketahui kedalaman sumur-sumur penduduk, dan
kemudian dikaitkan dengan sifat fisik tanah/batunya
dalam kaitannya sebagai pembawa air. Selain besarannya, air tanah ini perlu
diketahui mutunya secara umum, dan kalua memungkinkan hasil pengujian mutu air
dari laboratorium.
AIR TANAH DALAM (GEOHIDROLOGI)
Data air tanah dapat dipisahkan atas air tanah dangkal
dan air tanah dalam, yang masing-masing
diupayakan diperoleh besaran potensinya. Air tanah
dalam adalah air pada akuifer yang berada diantara dua lapisan batuan geologis
tertentu, yang menerima resapan air dari bagian hulunya. PP No. 82/2001 tentang
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Selain besarannya, air tanah ini
perlu diketahui mutunya secara umum, dan kalau memungkinkan hasil pengujian
mutu
air dari laboratorium
HIDROLOGI & KLIMATOLOGI
Untuk data hidrologi, yang dibutuhkan adalah: pola
aliran dan karakteristik sungai, serta debit air sungai. Untuk data
klimatologi, data yang dibutuhkan untuk analisa SKL adalah : curah hujan, serta
kecepatan dan arah angin.
PENGGUNAAN LAHAN
Penggunaan lahan didapat dari citra satelit tahun
terakhir yang bisa didapat. Dari hasil interpretasi citra satelit ini, lengkapi
pula cara dengan groundcheck dan survei lapangan.
DATA BENCANA ALAM
Data bencana alam untuk mengetahui sejarah dan potensi
bancana alam di wilayah studi. Data tersebut
adalah: bencana gunung api, gempa bumi, gelombang pasang/tsunami, dan banjir
atau
daerah tergenang.
ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN
Tujuan analisis
|
Data yang dibutuhkan
|
Keluaran
|
Untuk memperoleh
gambaran tingkat
kemampuan lahan
untuk dikembangkan
sebagai perkotaan,
sebagai acuan bagi
arahan-arahan
kesesuaian lahan pada
tahap analisis
berikutnya.
|
1. Peta-peta hasil
analisis SKL
2. Data-data:
• Topografi
• Geologi
• Hidrologi
· Klimatologi
• Sumberdaya mineral/ bahan galian
• Bencana Alam
• Penggunaan Lahan
• Studi yang ada
|
• Peta Klasifikasi
kemampuan lahan
untuk pengembangan
kawasan
• Kelas kemampuan lahan
untuk dikembangkan
sesuai fungsi kawasan.
• Potensi dan kendala fisik
pengembangan lahan
|
Langkah Pelaksanaan
1) Melakukan analisis satuan-satuan kemampuan lahan,
untuk memperoleh gambaran tingkat kemampuan pada masing-masing satuan kemampuan
lahan.
2) Tentukan nilai kemampuan setiap tingkatan pada
masing-masing satuan kemampuan lahan, dengan penilaian 5 (lima) untuk nilai
tertinggi dan 1 (satu) untuk nilai terendah.
3) Kalikan nilai-nilai tersebut dengan bobot dari
masing-masing satuan kemampuan lahan. Bobot ini didasarkan pada seberapa jauh
pengaruh satuan kemampuan lahan tersebut pada pengembangan perkotaan. Bobot
yang digunakan hingga saat ini adalah seperti terlihat pada Tabel 2.10.
4) Superimpose-kan semua satuan-satuan kemampuan lahan
tersebut, dengan cara menjumlahkan hasil perkalian nilai kali bobot dari
seluruh satuan-satuan kemampuan lahan dalam satu peta, sehingga diperoleh
kisaran nilai yang menunjukkan nilai kemampuan lahan di wilayah dan/atau
kawasan perencanaan.
5) Tentukan selang nilai yang akan digunakan sebagai
pembagi kelas-kelas kemampuan lahan, sehingga diperoleh zona-zona kemampuan
lahan dengan nilai …… - …… yang menunjukkan tingkatan kemampuan lahan di
wilayah ini, dan digambarkan dalam satu peta klasifikasi kemampuan lahan untuk
perencanaan tata ruang
c.
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN
Jenis Analisis:
1. Arahan Tata Ruang Pertanian
2. Arahan Rasio Tutupan
3. Arahan Ketinggian Bangunan
4. Arahan Pemanfaatan Air Baku
5. Perkiraan Daya Tampung Lahan
6. Persyaratan dan Pembatas Pengembangan
7. Evaluasi Pemanfaatan Lahan yang Ada terhadap Kesesuaian
Lahan
1.
ARAHAN TATA RUANG PERTANIAN
Tujuan analisis
|
Data yang dibutuhkan
|
Keluaran
|
Untuk mendapatkan arahan pengembangan pertanian sesuai dengan
kesesuaian lahannya
|
ATLAS Arahan Tata Ruang
Pertanian Indonesia, skala
1:1.000.000 (Sumber:
Departemen Pertanian, Badan
Litbang Pertanian, Pusat Litbang
Tanah & Agroklimat, 2001)
|
• Peta Arahan Tata Ruang
Pertanian
|
Langkah Pelaksanaan
Deliniasi kawasan perencanaan pada peta arahan tata
ruang pertanian yang sudah ada.
Kemampuan Lahan
|
Arahan Tata Ruang Pertanian
|
Kelas
|
Kemampuan Pengembangan
|
Klasifikasi
|
Nilai
|
Kelas
a
|
Kemampuan Pengembangan Sangat rendah
|
Lindung
|
1
|
Kelas
b
|
Kemampuan Pengembangan Rendah
|
Kawasan Penyangga
|
2
|
Kelas
c
|
Kemampuan Pengembangan Sedang
|
Tanaman Tahunan
|
3
|
Kelas
d
|
Kemampuan Pengembangan Agak tinggi
|
Tanaman Setahun
|
4
|
Kelas
e
|
Kemampuan Pengembangan Sangat tinggi
|
Tanaman Setahun
|
5
|
2.
ARAHAN RASIO PENUTUPAN
Tujuan analisis
|
Data yang dibutuhkan
|
Keluaran
|
Mengetahui gambaran
perbandingan daerah
yang bisa tertutup
oleh bangunan bersifat
kedap air dengan luas
lahan keseluruhan beserta
kendala fisik pada tiap
tingkatan
|
Peta-peta:
•Klasifikasi Kemampuan Lahan
• SKL untuk drainase
• SKL Kestabilan Lereng
• SKL terhadap erosi
• SKL terhadap Bencana alam
|
• Peta Arahan Rasio
Penutupan Lahan
• Batasan rasio
tutupan lahan untuk
tiap arahan serta
persyaratan
pengembangannya
|
Langkah Pelaksanaan
1) Tentukan tingkatan rasio tutupan lahan berdasarkan
klasifikasi kemampuan lahan, dan
pertajam dengan skala SKL untuk drainase.
2) Saring lagi kesesuaian rasio tutupan lahan ini
dengan memperhatikan SKL kestabilan lereng,
SKL terhadap erosi, dan SKL terhadap bencana alam.
3) Gunakan kurva keseimbangan tata air untuk
menentukan batasan rasio tutupan lahan,
terutama perbandingan peningkatan aliran permukaan
akibat peningkatan tutupan lahan.
Arahan Rasio Tutupan
|
Kelas Kemampuan Lahan
|
Klasifikasi
|
Nilai
|
Kelas a
|
Non Bangunan
|
1
|
Kelas b
|
Rasio Tutupan Lahan maks 10 %
|
2
|
Kelas c
|
Rasio Tutupan Lahan maks 20 %
|
3
|
Kelas d
|
Rasio Tutupan Lahan maks 30 %
|
Kelas e
|
Rasio Tutupan Lahan maks 50 %
|
4
|
1) Arahan rasio tutupan lahan ini lebih memperhatikan
kemungkinan kesulitan drainase dan gangguan kestabilan lereng bila terjadi
peningkatan tutupan lahan. Sedangkan untuk penurunan muka air tanah memang
terjadi, namun konsekuensi dari mengikuti arahan tutupan lahan maksimum adalah
sudah memikirkan sumber air lain guna memenuhi kebutuhan air bersih/baku.
2) Arahan rasio tutupan lahan ini adalah merupakan
perbandingan bruto, dengan pengertian perbandingan antara luas lahan yang
tertutup oleh bangunan bersifat kedap air dengan luas lahan keseluruhan pada
tingkat rasio tutupan lahan yang ditekan, terutama dalam satu sistem wilayah
sungai atau daerah aliran sungai (DAS).
3) Pengembangan yang kemungkinan diperkirakan akan
melampaui arahan ini disarankan untuk dikembangkan secara vertikal atau bertingkat.
3.
ARAHAN KETINGGIAN BANGUNAN
Tujuan analisis
|
Data yang dibutuhkan
|
Keluaran
|
Mengetahui gambaran daerahdaerah yang sesuai untuk dikembangkan
Dengan bangunan berat/tinggi padapengembangan
kawasan
|
Peta-peta:
• Klasifikasi Kemampuan Lahan
• SKL Kestabilanpondasi
• SKL terhadap Bencana Alam
• Pemanfaatan Lahan saat ini
|
• Peta Arahan
Ketinggian Bangunan
• Batasan / persyaratan
pengembangan
bangunan tinggi
|
Langkah Pelaksanaan
1) Menentukan arahan ketinggian bangunan berdasarkan
klasifikasi kemampuan lahan dan
memperhatikan SKL kestabilan pondasi dan SKL terhadap
bencana alam.
2) Memperhatikan penggunaan lahan yang ada saat ini
yang kemungkinan akan memperlemah kekuatan bangunan, seperti penggalian bahan
galian golongan C, atau daerah bekas penambangan/pengurukan
3) Menentukan batasan atau persyaratan pengembangan
bangunan tinggi pada masingmasing arahan.
Arahan Ketinggian Bangunan
|
Kelas Kemampuan Lahan
|
Klasifikasi
|
Nilai
|
Kelas a
|
Non Bangunan
|
1
|
Kelas b
|
Non Bangunan
|
2
|
Kelas c
|
Bangunan < 4 lantai
|
3
|
Kelas d
|
Kelas e
|
Bangunan > 4 lantai
|
4
|
4.
ARAHAN PEMANFAATAN AIR BAKU
Tujuan analisis
|
Data yang dibutuhkan
|
Keluaran
|
Mengetahui sumber-sumber
air yang dapat dimanfaatkan
sebagai sumber air baku dalam perencanaan tata ruang
|
1. Peta-peta:
· SKL Ketersediaan Air
· Penggunaan Lahan saat ini
2. Data:
·Hasil Perhitungan Ketersediaan Air
|
·Peta Arahan Pemanfaatan Air Baku
·Kapasitas sumber-sumber air yang disarankan untuk
dikembangkan
· Gambaran prioritas
pengembangan sumbersumber air baku
sesuai dengan kapasitas
dan kebutuhan, serta teknis pemanfaatannya
|
Langkah Pelaksanaan
1. Mempelajari SKL ketersediaan air, dan tentukan
sumber-sumber air yang paling memungkinkan sebagai sumber air baku untuk
pusat-pusat kegiatan dalam wilayah dan/atau kawasan (termasuk memperhitungkan
jarak) berdasarkan SKL tersebut.
2. Memperhatikan juga penggunaan lahan yang ada saat
ini, terutama yang berkaitan dengan
pemanfaatan air seperti pertanian, industri, dan
lainnya.
3. Menentukan prioritas pemanfaatan sumber-sumber yang
telah diarahkan tersebut sesuai
dengan tingkat kebutuhan dan ketersediaan, serta teknis
eksploitasinya.
Arahan Pemanfaatan Air Baku
|
Kelas Kemampuan Lahan
|
Klasifikasi
|
Nilai
|
Kelas a
|
Sangat Rendah
|
1
|
Kelas b
|
rendah
|
2
|
Kelas c
|
Cukup
|
3
|
Kelas d
|
Baik
|
4
|
Kelas e
|
Sangat Baik
|
5
|
1) Dalam memberikan arahan pemanfaatan sumber-sumber
air baku, berikan juga tindakan pengamanan pada sumber-sumber tersebut agar
kesinambungan ketersediaan air dan keseimbangan tata air tetap terjaga.
2) Untuk arahan pemanfaatan air yang mengambil dari
sumber penggunaan lain seperti irigasi, industri dan lainnya, hitung dengan teliti
agar tidak menganggu sistem yang sudah ada.
5.
PERKIRAAN DAYA TAMPUNG LAHAN
Tujuan analisis
|
Data yang dibutuhkan
|
Keluaran
|
Mengetahui perkiraan jumlah
penduduk yang bisa ditampung di wilayah dan/atau kawasan,
dengan pengertian masih dalam batas kemampuan lahan
|
Peta-peta:
• Proyeksi jumlah penduduk
•Standar kebutuhan air/hari/orang
|
• Peta Perkiraan Daya
tampung lahan
• Persyaratan
pengembangan
berdasarkan daya
tampung lahan
|
Langkah Pelaksanaan
1) Menghitung daya tampung berdasarkan ketersediaan
air, kapasitas air yang bisa
dimanfaatkan, dengan kebutuhan air perorang perharinya
disesuaikan dengan jumlah
penduduk yang ada saat ini, atau misalnya rata-rata
100 l/jiwa/hari (tergantung standar
yang digunakan).
Berikut ini merupakan contoh perhitungan ketersediaan sumber air
permukaan pada setiap satuan wilayah sungai
2) Menghitung daya tampung berdasarkan arahan rasio
tutupan lahan dengan asumsi
masing-masing arahan rasio tersebut dipenuhi maksimum,
dan dengan anggapan luas
lahan yang digunakan untuk permukiman hanya 50% dari
luas lahan yang boleh tertutup
(30% untuk fasilitas dan 20% untuk jaringan jalan
serta utilitas lainnya). Kemudian dengan
asumsi 1KK yang terdiri dari 5 orang memerlukan lahan
seluas 100 m . Maka dapat
diperoleh daya tampung berdasarkan arahan rasio
tutupan lahan ini sebagai berikut:
Daya tampung (n) = 50% {n % x luas lahan (m 2)} x 5 (jiwa)
100
3)
Membandingkan daya tampung ini dengan jumlah penduduk yang ada saat ini dan
proyeksinya untuk waktu perencanaan. Untuk daerah yang
melampaui daya tampung
berikan persyaratan pengembangannya
6.
PERSYARATAN DAN PEMBATASAN PENGEMBANGAN
Tujuan analisis
|
Data yang dibutuhkan
|
Keluaran
|
Mengetahui persyaratan dan
Pembatasan pengembangan pada masing-masing arahan
peruntukan, sesuai dengan
potensi dan kendala fisiknya.
|
1. Peta-peta:
• Semua SKL
• Klasifikasi kemampuan lahan
2. Data:
• Arahan Kesesuaian Lahan
|
• Persyaratan dan Batasan
pengembangan dari
masing-masing arahan
peruntukan lahan
•Gambaran penanggulangan kendala fisik
• Gambaran proporsi
pengembangan perkotaan
|
Langkah Pelaksanaan
1) Menginventarisasi kendala fisik masing-masing
arahan peruntukan lahan berdasarkan klasifikasi kemampuan lahan dan
satuan-satuan kemampuan lahan.
2) Menginventarisasi batasan-batasan pengembangan pada
masing-masing arahan peruntukan lahan menurut arahan-arahan kesesuaian lahan,
klasifikasi kemampuan lahan, serta satuan-satuan kemampuan lahan.
3) Menentukan persyaratan dan pembatas
pengembangan/pembangunan pada masingmasing peruntukan lahan berdasarkan hasil inventarisasi
tersebut di atas.
7.
EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN YANG ADA TERHADAP
KESESUAIAN LAHAN
Tujuan analisis
|
Data yang dibutuhkan
|
Keluaran
|
Mengetahui penyimpangan
Atau ketidaksesuaian penggunaan lahan yang ada saat ini dilihat
dari hasil studi kesesuaian lahan ini
|
1. Peta-peta:
• Penggunaan Lahan saat ini
• Semua SKL
• Klasifikasi Kemampuan
Lahan
2. Data:
• Arahan Kesesuaian Lahan
• Persyaratan dan Pembatas
pembangunan
|
•Penyimpangan -penyimpangan
Penggunaan lahan yang ada saat ini dari kemampuan dan
Kesesuaian lahan.
•Arahan-arahan penyesuaian dan pengembangan berikutnya
|
Langkah Pelaksanaan
1) Membandingkan penggunaan lahan yang ada dengan
karakteristik fisik wilayah
berdasarkan klasifikasi kemampuan lahan, satuan-satuan
kemampuan lahan, dan arahanarahan kesesuaian lahan.
2) Memberikan arahan penyesuaian penggunaan lahan yang
ada saat ini dan pengembangan
selanjutnya berdasarkan persyaratan dan pembatas
pembangunan.
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN
Tujuan analisis
|
Data yang dibutuhkan
|
Keluaran
|
Untuk mengetahui
arahan-arahan
kesesuaian lahan,
sehingga diperoleh
arahan kesesuaian
peruntukan lahan
untuk
pengembangan
kawasan
berdasarkan
karakteristik fisiknya
|
• Klasifikasi Kemampuan
Lahan,
• Arahan Rasio Tutupan
Lahan,
• Arahan Ketinggian
Bangunan,
• Arahan Pemanfaatan Air
Baku,
• Perkiraan Daya Tampung
Lahan,
• Persyaratan/Pembatas
Pengembangan,
• Evaluasi Penggunaan
Lahan yang ada
|
• Peta Arahan Kesesuaian
Peruntukan Lahan
• Deskripsi pada tiap arahan peruntukan
|
Langkah Pelaksanaan
1) Melakukan lebih dahulu analisis masing-masing
arahan kesesuaian lahan untuk memperoleh arahan-arahan kesesuaian lahan yang
merupakan masukan bagi analisis peruntukan lahan ini.
2) Menentukan arahan peruntukan lahan berdasarkan
klasifikasi kemampuan lahan dan arahan-arahan kesesuaian lahan di atas.
3) Dalam penentuan arahan peruntukan lahan ini,
mengarahkan pada kondisi ideal sesuai dengan kemampuan dan kesesuaian lahannya,
yang tentunya meliputi persyaratan/pembatas pengembangan, serta telah
mengevaluasi penggunaan lahan yang
ada saat ini.
4) Mempertajam arahan ini dengan memasukkan hasil
studi fisik/lingkungan yang ada, seperti: studi pertanian, kehutanan, analisis
dampak lingkungan, dan lainnya.
5) Mendeskripsikan masing-masing arahan peruntukan,
termasuk persyaratan dan pembatas
pengembangannya.
d. Penyusunan
Rekomendasi Kesesuaian Lahan
Penyusunan
Rekomendasi Kesesuaian Lahan merupakan langkah terakhir yang harus dilakukan
pada tahap analisis aspek fisik dan lingkungan ini.
Tujuan analisis
|
Data yang dibutuhkan
|
Keluaran
|
Merangkum
semua hasil studi
kesesuaian lahan dalam
satu rekomendasi
kesesuaian lahan untuk
pengembangan
kawasan, yang akan
menjadi masukan
bagi penyusunan
rencana pengembangan
kawasan
|
• Arahan kesesuaian
peruntukan lahan
• Penggunaan lahan
yang ada saat ini
• Kebijakan
Pengembangan
kota/wilayah yang
ada, baik dari pusat
maupun daerah
|
• Peta Rekomendasi
Kesesuaian Lahan.
•Kapasitas pengembangan lahan
• Deskripsi masingmasing
Arahan dalam rekomendasi tersebut, termasuk persyaratan
pengembangannya
|
Langkah
Pelaksanaan
1) Membandingkan
kembali arahan peruntukan lahan dengan penggunaan lahan yang ada saat ini.
2) Menyesuaikan
arahan tersebut dengan penggunaan lahan yang ada saat ini dan perkiraan kecenderungannya,
sejauh tidak terlalu menyimpang.
3) Menyesuaikan
arahan peruntukan tersebut dengan kebijaksanaan pengembangan yang ada baik
kebijaksanaan pusat maupun daerah serta sektoral.
4) Menentukan
persyaratan pengembangan pada masing-masing arahan yang direkomendasikan,
terutama dalam mengikuti kebijaksanaan yang ada.
5) Menentukan
kapasitas pengembangan wilayah perencanaan.
6) Memberikan
deskripsi masing-masing arahan kesesuaian lahan yang telah direkomendasikan
tersebut.
Perhatikan..!!
1) Rekomendasi
sejauh mungkin disesuaikan dengan kebijaksanaan pengembangan. Untuk kasus
kebijaksanaan yang bertentangan dengan kesesuaian lahannya, arahan kesesuaian
lahan diusahakan mengikuti kebijaksanaan namun dilengkapi dengan persyaratan
dan pembatas pengembangannya.
2) Untuk arahan
kesesuaian lahan yang bertentangan dengan kebijaksanaan tersebut, dalam
rekomendasi bila memungkinkan dimasukkan pula perhitungan biaya pembangunan
jika mengikuti kebijaksanaan tersebut, sehingga ketidak sesuaian ini bisa
diterjemahkan dalam bentuk biaya.
Sumber: MODUL TERAPAN PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK & LINGKUNGAN, EKONOMI SERTA SOSIAL BUDAYA DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG